.webp)
Artificial intelligence (AI) ternyata bukan baru-baru ini saja dibahas. Sudah sejak 1956 ketika kata tersebut dikenal di kalangan ilmuwan. Hal ini dijelaskan oleh Prof Pitoyo Peter Hartono dari School of Engineering Chukyo University.
Dalam acara Diaspora Talk Homecoming 'AI: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan' oleh BRIN, Rabu (30/8/2023), disampaikan bahwa AI pertama kali dicanangkan di dalam Dartmouth Workshop oleh John MacCarthy dan ilmuwan lainnya.
"Tanpa mereka dunia sekarang tidak ada. Saat itu, workshop berlangsung panjang, sekitar 6-8 minggu, di universitas kecil dan mereka saling menuangkan pikiran," ujar Prof Pitoyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka diberi waktu bekerja sendiri, berpikir sendiri. Untuk merangkum ide ini, MacCarthy kemudian menyebut 'apa yang ingin kita buat adalah ai'," lanjutnya.
Tujuan diadakan workshop itu adalah mewujudkan mekanisasi proses berpikir manusia. Mereka optimis bahwa dalam satu generasi, akan ada mesin secerdas manusia. Nah, di tahun itulah booming AI pertama kalinya terjadi.
"Tapi sayang, booming pertama habis di tahun 1974 karena janji mekanisasi itu tidak tercapai sehingga pendanaan langsung habis dan tidak ada orang yang mau berkecimpung di dunia AI. Itu adalah kuburan bagi peneliti," tutur Prof Pitoyo.
Kemudian, terjadinya booming kedua pada tahun 1980-1987 di mana dikembangkannya apa yang disebut dengan neural network. Namun lagi-lagi, ketenaran AI harus redup karena pengembangannya yang belum maksimal.
Muncul lagi booming ketiga atau yang sekarang terjadi, tepatnya dimulai dari tahun 2012. Kini, kita mengenal apa yang kita sebut sebagai deep learning.
"Deep learning dipakai di mana-mana dan hampir tidak ada industri yang tidak memakai ini. Booming ini tidak muncul di Amerika tapi di Kanada, dan ada lagi yang dilupakan yaitu sosok Kunihiko Fukushima. Dia telah mencanangkan 10 tahun sebelum deep learning, tapi komputer belum secanggih sekarang sehingga dia bisa dibilang sedikit kecepetan," tandasnya.
(ask/ask)
