Ukraina: Tentara Rusia Takut Kena Bom Cluster yang Mengerikan
Hide Ads

Ukraina: Tentara Rusia Takut Kena Bom Cluster yang Mengerikan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 24 Agu 2023 17:40 WIB
Ukrainian military serviceman Igor Ovcharruck holds a defused cluster bomb from an MSLR missile, among a display of pieces of rockets used by Russian army, that a Ukrainian munitions expert said did not explode on impact, in the region of Kharkiv, Ukraine, October 21, 2022. REUTERS/Clodagh Kilcoyne/File Photo
Bom cluster. Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne/File Photo
Jakarta -

Bom cluster, senjata kontroversial yang telah dipasok Amerika Serikat, dilaporkan berguna bagi Ukraina dalam menangkal pasukan Rusia. Bom ini sukses menghentikan upaya serangan Rusia ke posisi Ukraina.

Keputusan Presiden Joe Biden memasok senjata itu menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia sampai sekutu seperti Perancis, Kanada dan Jerman. Pasalnya, tak sedikit bom cluster yang tidak meledak, yang kemudian menjadi ranjau dan mematikan bagi warga sipil.

Bom semacam ini berbeda dari amunisi biasa, yang mendarat dan menghasilkan satu ledakan. Bom cluster pecah di atas targetnya, menyebarkan bom kecil dalam jumlah besar ke wilayah yang luas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikutip detikINET dari Business Insider, pihak Ukraina menyebut senjata itu berdampak penting di garis depan, dengan memperlambat bahkan mencegah serangan dari Rusia.

"Manfaat utamanya adalah musuh sekarang menjadi sangat takut untuk menyerang. Mereka bahkan menandai potensi bom cluster dengan peluit ketika ada serangan," kata sumber Washington Post bernama Stanislav.

ADVERTISEMENT

Bom cluster berguna untuk menyerang, tapi juga untuk bertahan. Jika untuk menyerang, tentara Rusia masih bisa bersembunyi di parit untuk menghindarinya. Namun saat pasukan Rusia menyerang di medan terbuka, serangan bom cluster bisa sangat membahayakan.

Para pejabat mengatakan penggunaan bom cluster secara ofensif telah melumpuhkan pasukan Rusia, yang berarti mereka tetap berlindung saat Ukraina bergerak maju. Lembaga Rand mengatakan bahwa amunisi tersebut sangat berguna mengingat stok artileri reguler Ukraina sangat terkuras.

Lebih dari 100 negara telah menandatangani Konvensi, yang melarang penggunaan dan penimbunan senjata tersebut. Sekutu AS seperti Inggris, Jerman, dan Prancis telah setuju untuk tidak menggunakannya, tapi AS, Ukraina, dan Rusia bukan penandatangan konvensi tersebut.

Baik Ukraina dan Rusia telah menggunakan amunisi tersebut selama konflik Ukraina, dengan Rusia dituduh menggunakan senjata tersebut dalam serangan terhadap sasaran sipil.




(fyk/fyk)