Ngeri, Militer Israel Gunakan Sistem Senjata AI untuk Berperang
Hide Ads

Ngeri, Militer Israel Gunakan Sistem Senjata AI untuk Berperang

Adi Fida Rahman - detikInet
Senin, 17 Jul 2023 09:20 WIB
Senjata AI
Militer Israel Gunakan Sistem Senjata AI untuk Berperang. Foto: techspot
Jakarta -

Israel telah menggunakan senjata dan drone otonom selama bertahun-tahun. Kini angkatan udaranya menggunakan kecerdasan buatan atau AI dalam peperangan.

Bloomberg melaporkan bahwa pejabat militer Israel telah mengkonfirmasi penggunaan sistem AI yang menganalisis data untuk menentukan target mana yang akan dipilih saat serangan udara.

Selain itu mereka menggunakan model AI lain yang disebut Fire Factory untuk menghitung muatan amunisi, memprioritaskan dan menetapkan ribuan target ke pesawat dan drone, serta mengusulkan jadwal serangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memberi AI tingkat kontrol yang besar atas operasi militer telah menimbulkan banyak kontroversi dan perdebatan. Seorang pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencoba meredakan ketakutan dengan menekankan bahwa sistem tersebut diawasi oleh manusia yang memeriksa dan menyetujui target dan rencana, tetapi teknologinya tidak tunduk pada peraturan negara atau internasional.

Sistem AI Israel telah digunakan pada sejumlah peperangan sebelumnya, termasuk konflik 11 hari di Jalur Gaza pada tahun 2021 yang oleh IDF disebut sebagai "perang AI" pertama karena penggunaan teknologi tersebut untuk mengidentifikasi landasan peluncuran roket dan mengerahkan kawanan drone. Jika ketegangan dengan Iran terkait program nuklirnya terus meningkat, alat AI Israel akan dikerahkan dalam perang berskala lebih besar di Timur Tengah.

ADVERTISEMENT

Tidak dipungkiri Israel adalah pemimpin global dalam hal senjata dan sistem otonom. Mereka memiliki menara senjata bertenaga AI di perbatasannya yang dapat melacak target dengan akurasi yang ditingkatkan saat menembakkan gas air mata dan peluru spons. Negara itu juga telah menggunakan drone bunuh diri otonom, yang berkeliaran di udara sebelum menyerang target yang memenuhi kriteria yang diidentifikasi sebelumnya.

Pendukung AI yang digunakan dalam sistem militer mengklaim bahwa mereka dapat mengurangi korban sipil. Mereka yang menentang penggunaannya mengatakan kesalahan oleh mesin dapat membunuh orang yang tidak bersalah.

Tahun ini kita telah melihat beberapa kemajuan dalam senjata otonom. Pada bulan Februari, jet latih Lockheed Martin baru diterbangkan oleh kecerdasan buatan selama 17 jam, menandai pertama kalinya AI terlibat pada pesawat taktis. Pada bulan yang sama, Angkatan Laut AS menerima pengiriman kapal yang dapat beroperasi secara mandiri hingga 30 hari.

Kemajuan in dan peringatan dari mantan bos Google Eric Schmidt bahwa penerapan AI dapat memiliki efek yang sama pada perang seperti pengenalan senjata nuklir, membuat 60 negara setuju untuk mengatasi kekhawatiran tentang penggunaan AI dalam peperangan pada KTT global pertama tentang Tanggung Jawab. Kecerdasan Buatan dalam Domain Militer (REAIM). Satu-satunya peserta yang tidak menandatangani ajakan bertindak ini adalah Israel.




(afr/afr)