Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Usaha Keras Jodohkan Warga
Hide Ads

Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Usaha Keras Jodohkan Warga

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 22 Feb 2023 06:44 WIB
Bunga sakura bermekaran di kawasan Tokyo, Jepang. Pemandangan bunga sakura yang bermekaran membuat ibu kota Jepang itu kian menawan. Ini penampakannya.
Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Usaha Keras Jodohkan Warga. Foto: Getty Images/Carl Court
Tokyo -

Pemerintah Jepang jelas khawatir karena angka kelahiran di negara itu semakin menurun dan tak sedikit warga tak mau menjalin hubungan romantis. Sampai-sampai ada campur tangan dari pemerintah untuk menjodohkan warga.

Belum lama ini, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, negaranya hampir tidak dapat berfungsi sebagai masyarakat karena tingkat kelahiran yang menurun. "Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Kishida kepada anggota parlemen.

Seperti dikutip detikINET dari CBS, berbagai upaya pun coba dilakukan. Salah satunya pemerintah di perfektur Miyagi, di mana warga bisa menemukan pasangan melalui layanan kecerdasan buatan dari pemerintah untuk menjodohkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Ehime, pemerintah lokal menawarkan sistem perjodohan berbasis big data. Kemudian di di Miyazaki caranya lebih tradisional, pemerintah memfasilitasi perjodohan di mana calon pasangan berkirim surat terlebih dahulu.

Masih ada jenis usaha lain agar warga mau mencari pasangan hidup. Bahkan di Tokyo, ada pelatihan kencan dasar, misalnya bagaimana memulai obrolan dengan lawan jenis.

ADVERTISEMENT

Ya, belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, di mana pemerintah Jepang begitu bersemangat menjodohkan warga. Memang pertaruhannya besar, yaitu masa depan dan kelangsungan negara.

Survei dari National Institute of Population dan Social Security Research menemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15% wanita tidak tertarik menikah, angka tertinggi sejak 1982. Hampir sepertiga pria dan seperlima wanita Jepang di usia 50-an tak pernah menikah.

Menurut pakar, usaha yang efektif misalnya adalah menyeimbangkan antara waktu kerja dan keluarga. "Negara pasca industri seperti Swedia menunjukkan adalah mungkin menyeimbangkan antara kerja dan keluarga sehingga tidak ada penurunan besar kelahiran," kata pakar dari Harvard, Mary Brinton.




(fyk/afr)