4. Etika bermedsos untuk Tragedi Kanjuruhan
Semua platform media sosial ramai membicarakan Tragedi Kanjuruhan. Hariqo Satria Wibawa, pengamat medsos dari Komunikonten dan CEO Global Influencer School mengingatkan soal etika bermedsos.
Etika tersebut adalah:
- Tidak memposting hal-hal yang membuat keluarga korban yang meninggal ataupun yang dirawat menjadi semakin terluka dan marah
- Para penyelenggara, panitia, pejabat, aparat dll diminta menyampaikan informasi yang benar dan jujur
- Netizen khususnya pejabat publik agar menahan diri dari memposting hal yang tidak relevan yang jauh dari sikap empati
- Hindari memakai emoticon, emoji dalam konten ucapan duka karane bisa menyebabkan salah duga, salah tafsir
- Berhati-hati membuat, menyebarkan konten foto, video, teks, audio dll. Hoax menambah kebingungan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5. Analisa ilmiah psikologi suporter sepakbola
Ada alasan ilmiah mengapa suporter olahraga, terutama sepakbola bisa begitu fanatik. Penelitian menunjukkan, adanya kesamaan antara identifikasi penggemar dengan tim olahraga dan bagaimana orang mengidentifikasinya dengan kebangsaan, etnis, bahkan gender mereka. Orang-orang yang tidak sportif akan mudah tersulut dan memancing kerusuhan.
"Identifikasi tim adalah sejauh mana seorang penggemar merasakan hubungan psikologis dengan tim, dan penampilan tim dipandang sebagai relevansi diri sendiri," kata Daniel Wann, profesor psikologi di Murray State University, dikutip dari Psychological Science.
Dalam penelitian, suporter cenderung menilai buruk terhadap tim lawan dan suporter tim lawan mereka. Ketika kalah, ada persepsi bias kepada pihak lain termasuk wasit. Peneliti mengingatkan bahwa secara psikologis, suporter harus siap dengan kekalahan atau harus berjiwa sportif. Jika tidak, hal itu tentu bisa memancing keributan.
"Menjadi penggemar tak hanya soal kinerja kemenangan tim. Semua orang pada akhirnya akan mengalami kekalahan. Jelas itu harus disadari semua orang," kata Edward Hirt, profesor ilmu psikologi dan otak di Indiana University- Bloomington.
6. Bjorka doxing Menpora
Hacker Bjorka kembali aktif dan mengomentari Tragedi Kanjuruhan. Dia mendoxing Menpora Zainudin Amali. Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengomentari aksi Bjorka terbaru ini dan mengatakan Bjorka lama-lama seperti jadi pengamat Indonesia.
"Memang Tragedi Kanjuruhan ini merupakan peristiwa yang mendunia karena tragedi ini yang terbesar kedua di dunia, namun Bjorka kini nampaknya juga jadi pengamat Indonesia atau Indonesianis. Lama-lama kita patut curiga Bjorka ini orang Indonesia," sambungnya.
Sebelumnya, hacker Bjorka ini melakukan doxing terhadap Menpora Zainudin Amali di saluran Telegram. Data pribadi Menpora mulai dari nomor telepon, NIK, nomor KK, alamat, tempat tanggal lahir, data vaksin, sampai kendaraan bermotor.
"My hearfelt condolences go out to the families and friends of the victims. The one who should die is this stupid Menpora," tulis Bjorka.
Simak Video "Video: Catatan Sadis 'Twitter Killer', Pembunuh Berantai 9 Orang di Jepang"
[Gambas:Video 20detik]
(fay/afr)