Pandemi Hampir Selesai, Masyarakat Balik Offline Lagi?

Pandemi Hampir Selesai, Masyarakat Balik Offline Lagi?

ADVERTISEMENT

Pandemi Hampir Selesai, Masyarakat Balik Offline Lagi?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 20 Sep 2022 22:10 WIB
FORT LAUDERDALE, FL - MARCH 07:  Lt. Mike Baute from Floridas Child Predator CyberCrime Unit talks with people on instant messenger during the unveiling of a new CyberCrimes office March 7, 2008 in Fort Lauderdale, Florida. One of the people on the other side of the chat told Lt. Baute, who is saying he is a 14-year-old girl, that he is a 31-year-old male and sent him a photograph of himself. According to current statistics, more than 77 million children regularly use the Internet. The Federal Internet Crimes Against Children Task Force says Florida ranks fourth in the nation in volume of child pornography. Nationally, one in seven children between the ages of 10 and 17 have been solicited online by a sexual predator.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Pandemi Hampir Selesai, Masyarakat Balik Offline Lagi? Foto: Gettyimages
Jakarta -

Pandemi COVID-19 mempercepat masyarakat dunia, tak ketinggalan Indonesia, untuk go digital. Kini pandemi Corona sudah hampir selesai, apakah itu berarti masyarakat kembali berkegiatan secara offline? Pertanyaan ini mungkin pernah muncul di benak kamu, apalagi jika kamu seorang pebisnis atau orang yang merintis karier di dunia online.

Jawabannya, mungkin tercermin dari hasil studi SYNC Asia Tenggara Meta dan Bain & Company. Di kantor Meta, Selasa (20/9/2022), Pieter Lydian Country Director Meta Indonesia mengatakan bahwa kemungkinan orang-orang akan melakukan hybrid, perpaduan online dan offline.

"Indonesia akan menjadi mayoritas konsumen digital di kawasan ini dengan jumlah sebanyak 168 juta orang. Ini sedikit lebih tinggi dari angka tahun lalu sebesar 154 juta. Ini tetap ada pertumbuhan meskipun melambat," kata Pieter.

Dari survei yang dilakukan pada 15 ribu responden, ditemukan sebanyak 11% responden Indonesia mengaku mengganti pembelian dari online ke offline. Alasannya faktor 'look and feel', dengan kata lain dengan belanja offline, kita bisa melihat barang secara langsung dan bisa dirasakan dengan menyentuhnya.

Paling banyak yang beralih ke offline adalah produk perlengkapan rumah (9%), sayur mayur (8%), perawatan bayi (8%), belanjaan dalam kemasan (7%), hingga peralatan rumah tangga (7%). Akan tetapi, platform online tetap dibutuhkan masyarakat meskipun frekuensinya jadi lebih sedikit dibandingkan ketika masa pandemi awal.

"Sosial media adalah top channel untuk discovery produk di Indonesia, paling signifikan dari video," ujar Pieter.

Media sosial merupakan bagian cukup besar dari eCommerce alternatif di Indonesia, mewakili 55% pangsa belanja online melalui pembelian langsung, 45% pangsa melalui iklan baris, dan 37% melalui Business Messaging. Business messaging digunakan secara kuat di Indonesia. 63% responden mengatakan mereka berinteraksi dengan akun business messaging dalam 1 tahun terakhir, dan Indonesia menunjukkan penetrasi tertinggi, dengan 77% responden menggunakan business messaging.

"Kami melihat konsumsi video yang lebih besar rata-rata tahun ini karena sekarang ini merupakan aktivitas nomor satu dihabiskan konsumen secara online. Hampir 1 dari 3 responden Indonesia menempatkan video sebagai salah satu saluran teratas mereka untuk menemukan dan mengevaluasi produk," tandasnya.



Simak Video "Petisi 'Kembalikan WFH' Sudah Ditandatangani Hampir 15 Ribu Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT