Canva Dituding Jadi Mesin Propaganda Perang Rusia
Hide Ads

Canva Dituding Jadi Mesin Propaganda Perang Rusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 30 Mei 2022 19:12 WIB
Canva
Aplikasi Canva. Foto: Canva
Jakarta -

Banyak perusahaan terkenal menghentikan operasi bisnisnya di Rusia karena serangan terhadap Ukraina. Namun Canva belum sepenuhnya melakukannya sehingga sampai didemo. Apa tanggapan bosnya?

Canva seperti diketahui adalah software desain yang belakangan amat tenar dan valuasinya tembus USD 55 miliar. Pendirinya Melanie Perkins, menjadi salah satu orang terkaya di Australia.

Nah baru-baru ini, para pendemo menyambangi kantor Canva yang berlokasi di Sydney. Mereka ingin Canva sepenuhnya pergi dari Rusia. "Canva, berhentilah membiayai perang," demikian tulisan di salah satu spanduk pendemo itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Canva sebenarnya sudah menghentikan pembayaran layanannya di Rusia, namun software mereka masih bisa digunakan. "Canva masih berbisnis di Rusia sehingga mereka ikut membayar perang di Ukraina," teriak para pendemo.

Cliff Obrecht, suami Melanie dan juga ikut berperan melahirkan Canva, mengutarakan alasan kenapa Canva masih beroperasi di Rusia. Ia mengecam invasi Rusia ke Ukraina.

ADVERTISEMENT

"Seperti miliaran orang di seluruh dunia, kami menentang perang di Ukraina dan mengutuk keras agresi Rusia yang ilegal," demikian pernyataannya yang dikutip detikINET dari Daily Mail, Senin (30/5/2022).

Nah, Canva masih bisa dipakai agar orang Rusia membuat desain anti perang. "Template pro perdamaian kami telah dipakai lebih dari 275 ribu kali sejak awal perang," katanya.

"Harapan kami adalah bisa menyediakan warga Rusia platform untuk mengkomunikasikan perlawanan mereka terhadap perang dan bergabung dengan panggilan untuk perdamaian," papar dia.

Namun demikian, juga tak sedikit yang memakai Canva untuk mendukung perang Rusia. "Karena tidak ada moderasi, jumlah materi pro perang menggunakan Canva oleh user di Rusia melebihi materi anti perang. Ini menguntungkan mesin propaganda Kremlin," protes engineer software asal Ukraina, Uvi Levitski.




(fyk/fay)