Rusia telah menembakkan beberapa rudal hipersonik yang menghancurkan targetnya di Ukraina. Namun militer Amerika Serikat menilai senjata hipersonik Rusia sejauh ini tidak ampuh atau berdampak besar dalam peperangannya dengan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengakui telah menggunakan rudal hipersonik bernama Kinzhal. Terbaru, juru bicara militer Ukraina untuk wilayah Odesa, Sergey Bratchuk mengumumkan 3 rudal Khinzal ditembakkan dari pesawat tempur Rusia. Sasarannya adalah infrastruktur pariwisata.
Bisa dibilang, ini adalah rudal tercanggih Rusia saat ini. Rudal hipersonik artinya mengalahkan kecepatan suara sedikitnya lima kali lipat atau Mach 5. Rudal hipersonik bisa diubah arahnya meski sudah diterbangkan dan bermanuver dengan lincahnya. Ia dapat mengelabui radar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenderal Mark Milley dari militer AS menilai rudal itu biasa-biasa saja dan tidak mengubah jalannya perang. "Rusia sudah menggunakan beberapa rudal hipersonik," katanya saat berbicara di parlemen AS seperti dikutip detikINET dari The Hill.
"Faktor menonjol rudal ini adalah kecepatannya, tapi selain itu, dalam soal dampaknya pada target, kami tidak melihat dampak yang sangat signifikan sejauh ini terkait jumlah kecil rudal hipersonik yang dipakai Rusia," tambah dia.
Dilaporkan bahwa Rusia sudah menembakkan antara 10 sampai 12 rudal hipersonik sejak permulaan invasi ke Ukraina pada 24 Februari silam. Ini adalah pertama kalinya senjata semacam itu dipakai dalam suatu perang.
Rudal hipersonik Rusia yang menyerang Ukraina ini ditembakkan dari udara, kemungkinan dari pesawat perang MIG-31. Dapat pula dilancarkan dari kapal atau kapal selam, dan bisa membawa hulu ledak nuklir.
Rudal hipersonik Kinzhal dapat menembak sasaran sampai sejauh 2.000 kilometer. Sebagai contoh, jika rudal ini ditaruh di Kota Kaliningrad, dia bisa menjangkau Kota Berlin di Jerman yang jaraknya kurang dari 600 kilometer.
(fyk/rns)