Kenalan dengan 5 Perempuan Keren di Balik Aplikasi Traveloka
Hide Ads

Kenalan dengan 5 Perempuan Keren di Balik Aplikasi Traveloka

Rachmatunnisa - detikInet
Sabtu, 23 Apr 2022 20:30 WIB
Traveloka
Foto: detikcom
Jakarta -

Keterlibatan perempuan di dunia teknologi, mampu meningkatkan perspektif yang lebih beragam sehingga dapat mendorong terciptanya lebih banyak inovasi.

Berdasarkan penelitian Boston Consulting Group (BCG) berjudul "Boosting Women in Technology in Southeast Asia" pada 2020, disebutkan bahwa keragaman gender dapat membuat perusahaan lebih inovatif dan cakap serta meningkatkan kinerja keuangan mereka.

Perusahaan dengan lebih dari 20% anggota tim manajemen perempuan memiliki pendapatan inovasi sekitar 10% lebih tinggi daripada perusahaan dengan kepemimpinan yang didominasi pria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih dalam rangka bulannya memperingati Hari Kartini 21 April, lima perempuan muda berikut ini berbagi cerita tentang keputusan berani mereka dalam mengambil kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan merealisasikan ketertarikan mereka di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM), yang membawa mereka meniti karir sebagai engineer di salah satu perusahaan teknologi Indonesia, Traveloka.

TravelokaFoto: Traveloka

1. Veronica Dian Sari, Data Engineer

Sebagai lulusan Program Studi Teknik Komputer Universitas Multimedia Nusantara pada 2019, Veronica Dian Sari sudah memiliki ketertarikan terhadap engineering sejak duduk di bangku SMP.

ADVERTISEMENT

Terinspirasi oleh ayahnya yang merupakan machine and electrical engineer, minat tersebut konsisten berlanjut hingga ia memutuskan untuk mengambil jurusan network engineering di SMK dan computer engineering di bangku kuliah.

Bergabung di Traveloka sejak tahun 2021 sebagai data engineer, Veronica fokus di tim Central Data Engineer (CDE) dengan tugas utama membuat platform data yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

Sebagai data engineer, Veronica bertugas untuk mengatur dan mengelola infrastruktur data yang terdapat di Traveloka, memastikan aplikasi ini memiliki sistem keamanan yang tinggi untuk menyimpan data-data penting serta menjaga privasi data.

Bekerja di bidang dengan jumlah rasio laki-laki yang lebih banyak, Veronica merupakan satu-satunya perempuan dari 9 orang anggota tim CDE Traveloka. Namun, hal ini bukan suatu halangan bagi Veronica untuk memberikan kontribusi terbaik.

Veronica merasakan bagaimana Traveloka mendorong inklusivitas. Ia mampu melaksanakan tugas di tim CDE dengan lancar tanpa hambatan bersama dengan anggota tim yang lain.

"Timku sangat suportif dan aku merasakan peluang yang setara di Traveloka, seperti misalnya kesempatan pengembangan diri melalui Traveloka Academy yang topik-topiknya sangat signifikan dalam membantu pekerjaan," ujarnya.

Veronica percaya keterlibatan perempuan yang lebih banyak akan memberikan point of view yang lebih luas, terutama terkait dengan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen perempuan.

Untuk mendukung lebih banyak perempuan dari generasi muda untuk tidak takut berkecimpung di dunia teknologi, Veronica juga aktif terlibat sebagai relawan di program holiday club NGO Generation Girl yang mendorong pemberdayaan dan partisipasi perempuan di bidang STEM.

Melalui aktivitas semacam ini, Veronica berharap dapat berkontribusi untuk mendorong lebih banyak perempuan muda terjun ke dunia TIK dan membuka cakrawala bahwa terdapat peluang yang besar bagi perempuan untuk berkarir di sektor teknologi yang terus mengalami perkembangan, tanpa rasa takut akan stigma gender.

Selanjutnya: Female Engineer Data Analyst

TravelokaFoto: Traveloka

2. Hayyu Luthfi Hanifah, Data Analyst

Sebagai engagement data analyst, Hayyu Luthfi Hanifah mendalami data perilaku pengguna aplikasi Traveloka yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh perusahaan untuk menghasilkan inovasi atau layanan baru yang relevan dan sesuai kebutuhan konsumen.

Saat ini, Hayyu bersama tim engagement analytics juga tengah mengembangkan fitur gamification yang berisi banyak pilihan casual games di aplikasi Traveloka, seperti Misi-Misi Berhadiah, Sodaloka, Pick-A-Loka. Inovasi gamifikasi ini muncul saat pandemi untuk meningkatkan engagement rate konsumen di aplikasi Traveloka. Dengan demikian, penggunaan aplikasi Traveloka tidak terbatas pada pemesanan saat ingin melakukan perjalanan saja.

Hayyu telah memiliki ketertarikan terhadap bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sejak duduk di bangku sekolah. Ketertarikan Hayyu terhadap sektor TIK tumbuh setelah membaca novel The Da Vinci Code karya Dan Brown yang mengeksplorasi tema kriptografi.

Hal ini juga menjadi salah satu alasan Hayyu mendaftar ke jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB), karena program studi ini menawarkan ilmu kriptografi. Minat dan bakat sebagai engineer juga makin menguat melalui partisipasi Hayyu dalam kompetisi Data Mining hingga masuk peringkat 10 besar. Bergabung dengan Traveloka sejak 2016 di divisi marketing technology, Hayyu mengembangkan sayapnya menjadi data analyst, tepatnya engagement data analyst, sejak 4 tahun terakhir.

Hayyu merupakan satu di antara dua perempuan dari total anggota tim engagement data analyst yang berjumlah 6 orang. Meskipun mendapatkan kesempatan pekerjaan dan pengembangan diri yang sama, Hayyu mengakui tantangan bekerja di lingkungan yang didominasi laki-laki berasal dari dirinya sendiri yang kadang memiliki keraguan untuk berani mengungkapkan pendapat. Namun, berkat dukungan dari anggota tim dan atasan serta kesempatan yang sama, seperti mengikuti konferensi atau short courses pilihan, Hayyu lebih merasa nyaman untuk menyampaikan pendapat demi kemajuan tim dan kelancaran tugas yang mereka emban.

Sebagai perempuan yang bekerja di bidang STEM, Hayyu melihat bahwa meskipun masih banyak anggapan tentang sektor ini merupakan bidangnya laki-laki, saat ini peluang sudah semakin terbuka untuk perempuan berkontribusi di sektor teknologi.

Ia melihat semakin banyak gerakan pemberdayaan serta mentoring untuk meningkatkan minat STEM bagi perempuan generasi muda di era digital. Untuk semakin mendorong keterwakilan perempuan dan penghapusan stigma gender di sektor STEM, Hayyu menilai bahwa perlu adanya keterbukaan dari orang tua yang turut mendukung anak-anak perempuannya untuk berani mengambil jurusan bidang studi serta terjun ke profesi di industri teknologi.

"Kenapa penting untuk meningkatkan proporsi perempuan? Karena untuk membantu menghilangkan bias gender di bidang ini. Jika jumlah laki-laki di sektor teknologi lebih banyak, yang saya khawatirkan adalah program atau layanan yang dikembangkan tidak memiliki cukup perspektif untuk memenuhi kebutuhan konsumen perempuan," ujarnya.

TravelokaFoto: Traveloka

3. Nadhira Azzahra Hendra, Data Analyst

Berulang kali mengalami kegagalan menjadi salah satu hal yang mengantarkan Nadhira Azzahra Hendra (Azra) ke posisinya sekarang ini. Gagal lulus tes masuk universitas dan gagal mendapatkan pekerjaan setelah melamar ke beberapa tempat telah menempa Azra untuk menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah.

Dari kegagalan ini, Azra menyadari minatnya yang tinggi untuk berfokus pada pemecahan masalah dan riset data, hingga ia akhirnya mendalami bidang STEM. Setelah gagal lolos SNMPTN, Azra menghabiskan waktu setahun untuk secara khusus mempelajari statistik dan machine learning yang mengantarkannya lulus ke program studi Fisika Komputasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.

Pada 2021, Azra bergabung di Traveloka sebagai data analyst, profesi yang menurutnya sesuai dengan passion-nya di bidang statistik dan pengolahan data.

Sebagai data analyst, Azra masuk dalam divisi Central Analytics & Services Platform Traveloka yang berfokus pada pengembangan platform aplikasi Traveloka. Ia bertugas untuk memastikan tampilan platform seperti Home Page, My Bookings, dan lainnya agar tetap menarik dan relevan bagi konsumen. Ia membantu product manager dan marketing manager untuk memahami apa yang dibutuhkan konsumen saat menggunakan platform Traveloka, serta produk dan layanan apa saja yang sebaiknya ditampilkan pada platform Traveloka.

Berada di lingkungan yang lebih banyak laki-laki sejak kuliah, Azra mengaku nyaman bekerja di Traveloka, karena ia dan dua orang anggota tim lainnya merupakan tiga perempuan dari total 15 orang anggota tim.

"Yang aku rasakan, tidak ada hambatan bagi perempuan untuk belajar dan bekerja di sektor STEM. Di Traveloka sendiri, aku tidak merasakan adanya perbedaan antar gender karena peer-ku menjunjung tinggi gender equality," ujarnya.

Azra meyakini perlu lebih banyak perempuan berkiprah di dunia engineering karena hal tersebut dapat menjadi magnet bagi perempuan-perempuan lain, terutama generasi muda, untuk melihat peluang yang ditawarkan di sektor ini.

Selain bekerja di Traveloka, Azra aktif terlibat dalam riset bersama almamaternya untuk mengenalkan critical thinking kepada pelajar SMP di Bandung melalui ragam aktivitas yang dapat mempromosikan sektor STEM kepada generasi muda.

Azra memiliki cita-cita untuk dapat menajamkan kemampuan analisanya dan bergerak di sektor urban development. Rasa cintanya terhadap pengolahan data membuatnya yakin bahwa memiliki data kependudukan yang lengkap, khususnya di area urban, dapat memberi solusi atas kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti dalam hal mobilitas dan juga penanggulangan kemacetan.

Selanjutnya: Female Engineer Machine Learning Engineer dan Data Warehouse Engineer

TravelokaFoto: Traveloka

4. Devina Ekawati, Machine Learning Engineer

Antusiasme tinggi Devina Ekawati dalam mendalami Machine Learning didasari oleh kecenderungannya untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Sebagai seorang pemikir yang unik, Devina terus menantang dirinya untuk mempelajari teknologi baru untuk meningkatkan kemampuannya di bidang TIK.

Mengawali perjalanan di sektor teknologi sebagai seorang mahasiswa Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB), Devina pernah berpengalaman untuk memberikan kursus dan melakukan penelitian terkait Artificial Intelligence sebagai asisten laboratorium Graphics and Artificial Intelligence ITB hingga ia lulus di tahun 2017.

Selama berkuliah S1, Devina mulai mengambil kesempatan yang lebih besar dengan menjadi intern di bidang Software Engineer dan mengembangkan aplikasi seluler untuk Android. Tak berhenti sampai disitu, Devina memperluas kemampuannya di bidang ini dengan mengambil S2 di bidang Ilmu Komputer (computer science) di Taiwan.

Bergabung di Traveloka sejak 2019, Devina bekerja sebagai Senior Machine Learning Engineer. Bersama satu tim divisinya, Devina menyediakan satu platform bagi karyawan dari divisi lain untuk memudahkan mereka mengerjakan layanan yang tersedia di aplikasi Traveloka secara lebih cepat dan lebih efisien.

"Secara sederhana, sebagai machine learning engineer, fokus utama saya adalah memastikan komputer bisa meniru perilaku manusia untuk membantu meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Contohnya layanan chatbot di aplikasi Traveloka yang mampu memberikan pelayanan yang cepat kepada konsumen," kata Devina menjelaskan pekerjaannya.

Menjadi satu-satunya perempuan di tim yang beranggotakan empat orang, Devina mengakui tantangan muncul di awal-awal ia memulai karir di Traveloka. Bekerja berdampingan dengan rekan kerja yang kebanyakan adalah laki-laki sempat membuat Devina meragukan kemampuannya sendiri. Namun, budaya kerja di Traveloka membantu Devina untuk berani mengembangkan diri dan berkontribusi di divisi terkait.

Sebagai perempuan yang memiliki antusiasme terhadap sektor STEM, Devina memiliki harapan untuk lebih banyak perempuan berkontribusi di sektor ini.

"Pesanku, perempuan jangan takut. Kita harus mulai berani untuk eksplorasi kemampuan, we can break the barrier. Pilihan ada di tangan kita, kita mau berkecimpung atau tidak. Laki-laki atau perempuan pasti bisa berkarya di bidang teknologi," ujarnya.

TravelokaFoto: Traveloka

5. Khusna Nadia, Data Warehouse Engineer

Khusna Nadia memiliki keinginan tinggi untuk mempelajari teknologi informasi sejak duduk di bangku SMA. Terinspirasi dari cerita mengenai teknologi masa depan yang diperkenalkan oleh salah satu guru di bangku SMA, minat Khusna terhadap ilmu komputer diawali dengan cita-cita sederhana, yaitu dapat bekerja secara online dari rumah tanpa perlu ke kantor.

Ia melanjutkan studi sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komputer di Universitas Indonesia hingga lulus pada tahun 2016. Di tengah studinya, Khusna Nadia dipercaya untuk menjadi asisten pengajar dengan fokus Discrete Mathematics dan Software Engineering.

Ia bertanggung jawab untuk memeriksa setiap penugasan dari mahasiswa, serta mengajar mahasiswa di luar perkuliahan. Seiring dengan semakin meningkatnya adopsi teknologi dan juga digitalisasi, minat Khusna terhadap sektor ini pun semakin membara, terlebih dengan adanya perspektif data-driven yang bertujuan untuk memberikan kebutuhan yang tepat guna bagi masyarakat. "Data is the new oil," ujarnya.

Karir Khusna di Traveloka dimulai sejak 2016 ketika ia bergabung di divisi Marketing Technology, dan pada 2018 ia menjadi Data Warehouse Engineer. Sebagai Data Warehouse Engineer, Khusna bertugas untuk menyediakan data secara rapi sehingga mudah ditemukan dan dapat dianalisis lebih lanjut oleh Data Analyst sebagai insights.

Data-data yang dimaksud meliputi kinerja berbagai layanan dari produk yang tersedia di aplikasi Traveloka, seperti jumlah transaksi, kinerja sales, dan customer journey mulai dari konsumen melakukan pencarian produk hingga melakukan pemesanan.

Data ini kemudian digunakan oleh Data Analyst dan Product Manager untuk mengevaluasi produk-produk yang telah dihadirkan di aplikasi Traveloka. Mencintai data karena menyukai sesuatu yang eksak, Khusna tidak menemukan kendala berarti sebagai satu-satunya perempuan di antara 12 orang anggota tim Data Warehouse Engineer. Pekerjaannya dilakukan dengan dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh atasan serta rekan kerja tanpa membeda-bedakan gender.

Dengan meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya dunia teknologi, keterlibatan perempuan juga makin bertambah. Namun menurut Khusna, hal tersebut patut diiringi dengan kesempatan yang sama yang dapat dihadirkan melalui budaya kerja yang menjunjung kesetaraan dan juga mau mendengarkan karyawan.

"Aku bersyukur dapat bertemu dengan tim dan juga atasan yang sangat mendukung aku dan teman-teman untuk terbuka dan tidak takut untuk berpendapat," ucapnya.

Ia berharap perempuan generasi muda yang ingin terjun ke industri teknologi berani mencoba karena semua hal dapat dipelajari. Memiliki cita-cita yang tinggi, Khusna memiliki aspirasi untuk dapat membuat gudang data yang rapi dan sistematis sehingga mudah dipahami dan diproses oleh semua pihak guna membantu operasional perusahaan.