Induk perusahaan TikTok, Bytedance, dituntut seorang mantan moderator konten di TikTok dengan tuduhan tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk kesehatan mental moderator dari serangan traumatis yang terus-menerus.
Dalam gugatan class action yang diajukan Candie Frazier di pengadilan distrik pusat California, ia mengatakan jika dirinya harus menghabiskan waktu 12 jam sehari untuk memoderasi video yang diunggah ke TikTok untuk perusahaan kontraktor pihak ketiga bernama Telus International.
Pada saat itu ia mengatakan dirinya menyaksikan ribuan tindakan kekerasan ekstrim dan grafis, termasuk penembakan massal, pemerkosaan anak, mutilasi hewan, kanibalisme, pembunuhan geng, dan genosida.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: TikTok Jadi Website Terpopuler di Dunia 2021 |
Frazier mengatakan bahwa untuk menghadapi volume besar konten yang diunggah ke TikTok setiap hari, dia dan rekan moderatornya harus menonton antara tiga dan sepuluh video secara bersamaan dengan video baru dimuat setidaknya setiap 25 detik.
Moderator hanya diperbolehkan mengambil satu kali istirahat selama 15 menit dalam empat jam pertama shift mereka, dan kemudian istirahat tambahan 15 menit setiap dua jam setelahnya.
Gugatan tersebut menyatakan bahwa TikTok dan mitranya telah gagal memenuhi standar yang diakui industri yang dimaksudkan untuk mengurangi bahaya moderasi konten.
Ini termasuk menawarkan jeda lebih sering kepada moderator, dukungan psikologis, dan perlindungan teknis seperti mengaburkan atau mengurangi resolusi video yang sedang ditinjau.
Sebagai dampak dari pekerjaannya, Frazier mengatakan dia telah menderita trauma psikologis yang parah termasuk depresi dan gejala yang berhubungan dengan kecemasan dan PTSD.
Dalam gugatan itu juga mengatakan bahwa Frazier sulit tidur dan ketika dia tidur dan mengalami mimpi buruk yang mengerikan. Dia disebut sering terbangun di malam hari mencoba untuk tidur, memutar ulang video yang dia lihat di benaknya. Dia mengalami serangan panik yang parah dan melemahkan.
Kesaksian dalam gugatan Frazier sesuai dengan laporan moderator konten yang bekerja untuk perusahaan teknologi besar lainnya seperti Facebook, YouTube, dan Google.
Selama beberapa tahun terakhir, kondisi kerja yang buruk yang dihadapi para moderator ini telah menjadi semakin diteliti.
"Meskipun kami tidak mengomentari litigasi yang sedang berlangsung, kami berusaha untuk mempromosikan lingkungan kerja yang peduli bagi karyawan dan kontraktor kami," kata juru bicara TikTok Hilary McQuaide dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip detikINET dari The Verge.
"Tim Keselamatan kami bermitra dengan perusahaan pihak ketiga dalam pekerjaan penting untuk membantu melindungi platform dan komunitas TikTok, dan kami terus memperluas berbagai layanan kesehatan sehingga moderator merasa didukung secara mental dan emosional." lanjutnya.
(jsn/fay)