Mark Zuckerberg yakin dunia metaverse adalah masa depan internet. Induk perusahaan Facebook bahkan diganti namanya jadi Meta karena ingin jadi pelopor.
Metaverse sendiri pada intinya merupakan tempat virtual di mana orang-orang bisa berinteraksi secara digital menggunakan avatar, berkat teknologi augmented reality dan virtual reality.
Ada yang menilai perubahan nama dilakukan Facebook untuk mengalihkan perhatian dari beberapa kontroversi yang mendera. Misalnya sebuah bocoran dokumen riset internal menyebut Facebook tahu bahwa Instagram mengganggu kesehatan mental remaja serta juga sulit bagi Facebook untuk mengendalikan ujaran kebencian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah ini kelihatannya karena Facebook mencoba untuk mengalihkan perhatian dari beberapa laporan negatif terhadap perusahaan itu. Kritik meyakini bahwa Facebook melakukan hal ini karena mereknya menjadi toxic. Seorang senator menyebut perubahan nama ini kosmetik saja," tulis James Clayton, reporter teknologi BBC yang dikutip detikINET.
"Kedua, Metaverse itu belum eksis. Zuckerberg menekankannya sebagai produk jangka panjang. Jadi, nama yang benar-benar tidak berhubungan dengan layanan utama barangkali agak sedikit aneh. Ketiga, kita tahu bahwa perubahan merek brand lain gagal. Tidak ada yang menyebut Google sebagai Alphabet," tambah dia.
Mantan CEO Google Eric Schmidt juga mengkritik konsep metaverse yang dikembangkan oleh Facebook/Meta. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan masa depan kecerdasan buatan.
"Semua orang yang berbicara tentang metaverse bicara tentang dunia yang lebih memuaskan dari dunia saat ini -- kalian lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, lebih bertenaga, lebih cepat," kata Schmidt kepada New York Times
"Jadi, dalam beberapa tahun, orang-orang akan menghabiskan waktunya dengan goggles-nya di metaverse. Dan siapa yang akan membuat aturannya? Dunia akan beralih jadi lebih digital ketimbang fisik. Dan itu belum tentu akan jadi hal yang baik bagi manusia," sambungnya.
Halaman selanjutnya, metaverse disebut ide buruk>>>
Schmidt juga mengatakan ia memandang kecerdasan buatan (AI), yang digunakan Meta untuk menjalankan algoritma di semua platform-nya, sebagai 'tuhan palsu' yang bisa menciptakan hubungan yang tidak sehat.
"Seperti apa wujud sahabat AI, terutama untuk seorang anak? Seperti apa perang yang didukung AI? Apakah AI memahami aspek realitas yang kita tidak rasakan? Mungkinkah AI melihat hal-hal yang tidak dapat dipahami manusia?" ucap Schmidt.
Roger McNamee, salah satu investor awal Facebook, juga angkat suara. "Itu adalah ide buruk dan fakta bahwa kita semua hanya duduk dan menyaksikannya seolah itu normal harus diwaspadai setiap orang," cetusnya, dikutip detikINET dari BBC.
Baca juga: Facebook Ganti Nama Jadi 'Meta', Kenapa? |
Menurutnya, Facebook tidak seharusnya dibiarkan menciptakan dunia distopia metaverse, apalagi dengan track record mereka yang meragukan, misalnya soal privasi dan penyebaran hoax. Roger juga menyangsikan metaverse akan aman di tangan Mark Zuckerberg.
"Tidak seharusnya regulator atau pembuat kebijakan mengizinkan Facebook untuk mengoperasikan metaverse atau mata uang kripto," kritiknya.
"Facebook seharusnya tidak berhak lagi membuat pilihan sendiri. Regulator harus ada di sana untuk memberi persetujuan akan semua yang mereka lakukan. Jumlah kerusakan yang mereka lakukan tidak terhitung," tandasnya.