Penelitian baru menemukan kebijakan yang diterapkan oleh YouTube untuk mencegah penyebaran berita hoax berdampak signifikan pada jumlah video misinformasi di platform Facebook dan Twitter.
Dilansir detikINET dari Engadget, Jumat (15/10/2021) temuan ini berasal dari laporan tim peneliti dari Pusat Media Sosial dan Politik di Universitas New York.
Saat gelaran Pemilu AS pada 3 November 2020, para peneliti mencatat terjadi peningkatan dramatis dalam jumlah video hoax di YouTube yang dibagikan di Twitter. Pada bulan yang sama video tersebut mewakili sekitar sepertiga dari semua video terkait pemilu yang dibagikan di platform
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu setelah tanggal 8 Desember 2020 sebulan usai pemilu AS, YouTube mengatakan akan menghapus video yang menuduh penipuan pemilu dan manipulasi hasil pemungutan suara. Ada penurunan dramatis dalam klaim pemilu yang menyesatkan di Twitter.
Dalam jangka waktu tersebut, rasio video misinformasi terkait pemilu yang dibagikan di Twitter dari YouTube turun menjadi di bawah 20%.
Rasio itu turun lagi setelah kerusuhan Capitol AS ketika YouTube mengatakan akan memblokir ke saluran mana pun yang menyebarkan informasi yang salah tentang hasil pemilihan pemilu.
Pada saat itu Presiden AS Joe Biden melakukan sumpah jabatan pada 20 Januari 2021, hanya sekitar 5% dari semua video penipuan pemilu di Twitter yang berasal dari YouTube. Para peneliti melihat tren yang sama terjadi di Facebook.
Sebelum keputusan kebijakan YouTube pada 8 Desember 2020, ada sekitar 18% dari semua video yang dibagikan di platform terkait dengan teori palsu pemilu. Menjelang hari pelantikan Presiden AS, jumlah itu turun menjadi 4%.
Untuk mengkompilasi temuan mereka, tim di Universitas New York mengumpulkan sampel acak 10% dari semua tweet setiap hari dan kemudian mengisolasi yang terhubung ke video YouTube. Mereka melakukan hal yang sama di Facebook menggunakan alat CrowdTangle perusahaan.
Temuan ini menyoroti peran besar yang dimainkan YouTube dalam bagaimana informasi dibagikan pada saat ini. Sebagai platform video paling umum di internet, YouTube memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membentuk opini politik. Kebijakannya bisa sangat merugikan sekaligus baik.
"Ini adalah bagian besar dari ekosistem informasi. Ketika platform YouTube menjadi lebih sehat, yang lain juga melakukannya," kata Megan Brown, seorang peneliti di Center for Social Media and Politics mengatakan kepada The Times.
(jsn/fay)