Greysia Polii/Apriyani Rahayu baru saja meraih emas pada cabang olahraga bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020. Seperti tradisi sang jawara, akan selalu ada pose di mana pemenang menggigit medalinya.
Kebiasaan ini sebenarnya tidak hanya untuk peraih medali emas, melainkan medali perak dan perunggu, begitu juga kegiatan olahraga lainnya, menggigit medali seakan ritus para pemenang.
Pihak panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 sudah mengingatkan akan kebiasaan para atlet itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami hanya ingin memastikan bahwa medali Tokyo 2020 tidak dapat dimakan! Medali kami terbuat dari bahan daur ulang perangkat elektronik yang disumbangkan oleh masyarakat Jepang. Jadi, Anda tidak perlu menggigitnya... tapi kami tahu Anda akan tetap melakukannya," cuit akun Twitter @Tokyo2020.
Sejarawan populis AS dan komentator TV, David Wallechinsky dalam wawancara dengan CNN pada 2012 silam mengungkapkan, tidak ada latar belakang mengapa atlet harus menggigit medali mereka.
Wallechinsky mengatakan dugaan atlet mengigit medali karena arahan dari fotografer. Tujuanya, foto yang dijepret terkesan ikonik untuk diperlihatkan ke khalayak luas.
"Ini menjadi obsesi para fotografer. Saya pikir mereka melihatnya sebagai bidikan ikonik sebagai sesuatu yang mungkin bisa dijual. Saya tidak berpikir itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan oleh para atlet sendiri" tuturnya.
Dikutip dari Mashable, Selasa (3/8/2021) ada sejarah, bahwa para pedagang kuno yang biasa menggigit koin emas. Hal itu untuk memastikan keaslian dari benda tersebut.
Kini menggigit emas sudah tidak diperlukan lagi, karena sudah ada alat khusus untuk mendeteksi emas tersebut asli atau palsu.
Sebagai informasi, medali Olimpiade edisi kali ini mengusung tema ramah lingkungan.
Sebanyak 5.000 medali di Olimpiade Tokyo 2020 dibuat dari logam dari smartphone bekas dan perangkat elektronik yang disumbangkan oleh warga Jepang. Hampir 80.000 ton gadget terkumpul, terdiri dari 6 juta ponsel, kamera digital, laptop, dan limbah elektronik lainnya.
Kemudian, podium yang terbuat dari sampah plastik 13 ton material dikombinasikan dengan 11,5 ton lainnya. Sampah plastik ini dikumpulkan dan dikelola, dan akhirnya berubah wujud menjadi 98 podium medali Olimpiade.
Serta, yang sempat bikin heboh, yaitu tempat tidur kardus untuk atlet. Meski dari kardus, tempat tidur ini bisa menahan beban hingga 200 kg.
Simak video 'Tangis Keluarga Apriyani Rahayu Saat Ganda Putri Raih Emas Olimpiade':