Banjir informasi bisa berdampak negatif juga, jika sampai menyebabkan keresahan. Warga di Banyumas membuat penolakan membaca berita COVID-19.
Beberapa hari terakhir, netizen di Banyumas ramai-ramai memposting tulisan stop upload berita yang berkaitan dengan COVID-19. Postingan yang tersebar di grup-grup Facebook tersebut bahkan viral dan diikuti oleh empat kabupaten yang ada di Keresidenan Banyumas.
Dari penelusuran detikcom, dalam postingan tersebut, rata rata netizen menginginkan agar kehidupan masyarakat tenang dan aktivitas segera pulih. Maka dari itu mereka tidak menginginkan membaca berita-berita yang berkaitan dengan COVID-19 dan meminta admin-admin grup media sosial agar menyaring berita yang berkaitan dengan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stop sebar berita COVID-19, menuju masyarakat Banyumas yang tenang dan damai," tulis salah satu akun Awan Pamungkas yang di salah satu grup medsos seperti dilihat detikcom, Rabu (14/7/2021).
Netizen mengungkapkan kejenuhannya dengan banyaknya pemberitaan yang berkaitan dengan COVID-19 yang terlalu berlebihan hingga menimbulkan ketakutan. Apalagi banyak yang disebar adalah konten hoax yang meresahkan.
Beberapa postingan bahkan telah dibagikan hingga ratusan kali dengan ribuan like dan beragam komentar yang pro dan kontra. Namun rata-rata netizen mendukung gerakan tersebut.
"Mohon maaf dengan hormat admin harus selektif dalam mengupdate status, coba dari dulu. Musuh kita sebenarnya berita hoax yang membesar-besarkan. Sejatinya yang kena COVID-19 bisa sembuh kok," tulis Ballack Song.
"Semoga Banyumasku cepat pulih kembali. Kita percaya adanya COVID-19, tapi kita rakyat kecil mohon dengan sangat jangan info ini terlalu dibesarkan agar kita bisa bangkit dari keterpurukan perekonomian yang sudah hampir setahun ini kita jalani," tulis Anton Markol.
"Saya setuju sekali. Biar masyarakat tenang tidak ditakuti rasa cemas," tulis Edi Bonsai.
Selain Banyumas, ajakan untuk stop upload dan membaca berita COVID-19 juga tersebar di grup-grup Facebook yang ada di Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara.
(skm/fay)