Wanita Lulusan S2 Nekat Belajar Coding dari Nol, Bikin Aplikasi Hemat Listrik
Hide Ads

Wanita Lulusan S2 Nekat Belajar Coding dari Nol, Bikin Aplikasi Hemat Listrik

Adi Fida Rahman - detikInet
Jumat, 04 Jun 2021 18:40 WIB
Marilyn Parhusip, CEO Leastric
Merilyn Perhusip, CEO Leastric. Foto: dok Pribadi

Ibarat masuk kuping kiri keluar kuping kanan, Merilyn yang mengaku keras kelapa tidak mengubris hal tersebut. Dia mecoba lagi Apple Developer Academy tahun kedua. Tak disangka dia berhasil lolos.

"Aku nggak nyangka keterima. Karena sudah lama tidak menyentuh teknologi lagi, coding kayak apa gitu nggak pernah ngerti meski kemarin sempat bikin website, selain itu saya adalah pengguna Android. Tapi saya terjang dulu aja, siapa tahu (ini jalannya)," kata Marilyn.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengetahuan soal Apple menjadi salah satu topik ujian. Marilyn mengaku kesulitan menjawab karena dia bukanlah Apple Fanboy melainkan pecinta Android.

"Saya dari dulu bukan pecinta Apple, tapi penggemar produk Android. Makanya pas tes agak-agak nggak ngerti. Tapi saya ternyata bisa lolos," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Saat tes wawancara yang diingatnya paling seru. Karena dia sempat berdebat soal Android vs iOS. Marilyn yang mengaku ngotot kalau Android lebih unggul, padahal dia belum pernah menggunakan perangkat Apple. Karena itu setelah tes tersebut dia pesimis berhasil.

"Saya bilang ke adik kalau nggak bakal keterima karena sempat berdebat soal Android dan iOS. Eh ternyata dapet," ujar Marilyn.

Tak kenal maka tak sayang, demikian yang terjadi pada perempuan yang doyan menari ini. Dibekali perangkat Apple terkini dan belajar bahasa pemrograman iOS membuat Marilyn jatuh hati pada ekosistem milik raksasa teknologi asal Cupertino itu.

"Dari situ saya mulai berpindah hati, ternyata Apple lebih enak. Harus kenal dulu baru tahu," katanya sembari ngakak.

Marilyn Parhusip, CEO LeastricMarilyn Parhusip (tengah) meninjau pemasangan layanan Leastric. Foto: dok Pribadi


Belajar Coding dari Nol

Marilyn sempat belajar coding saat kuliah. Tapi karena itu sudah bertahun-tahun lalu, dia belajar dari nol lagi saat di Apple Developer Academy.

Tapi alih-alih minder, dia begitu semangat memenuhi tantangan mentor untuk coding. Ternyata dia berhasil menaklukannya. Tidak berpuas diri, Marilyn pun men-challenge dirinya ke tingkat lanjutan dengan membuat aplikasi augmented reality (AR) dan machine learning, dan kembali berhasil.

"Ini jadi achievement saya. Meski tidak sempurna, tetapi (aplikasi itu) jalan dan bisa digunakan," tuturnya.

Keberhasilan itu, menurut Marilyn, tidak lepas dari lingkungan di Apple Developer Academy. Di sini semua orang dibebaskan untuk mencoba apapun dan begitu mentolerir kesalahan.

"Nggak ada yang marahin kalau berbuat salah saat meng-coding. Jadi tempat yang aman untuk mencoba segala sesuatu. Dan orang-orangnya saling membantu," ungkapnya.

Selain coding, Marilyn mempelajari soal produk manager dan riset. Dari sinilah kemudian dia bersama teman satu kelompoknya membuat aplikasi Leastric.

Tak diduga aplikasi yang tadinya adalah proyek tugas akhir di Apple Developer Academy menjadi sebuah startup yang siap membantu masyarakat Indonesia lebih hemat dalam menggunakan listrik.

Nah seperti apa aplikasi Leastric yang sempat mencuri perhatian Apple dan bagaimana Marilyn membangun perusahaannya di tengah pandemi COVID-19? Simak di artikel selanjutnya.

(afr/fay)