Facebook akhirnya menunjukkan keberpihakan di tengah situasi Myanmar yang sedang memanas. Raksasa jejaring sosial itu membokir akun milik militer Myanmar sepekan setelah terjadinya kudeta oleh pihak militer di negara tersebut.
Langkah tersebut menempatkan Facebook berada di sisi gerakan pro-demokrasi Myanmar, setelah bertahun-tahun menuai kritikan karena dianggap membiarkan militer Myanmar sewenang-wenang menggunakan platformnya, termasuk memicu kebencian terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya di negara itu.
Sejak kudeta yang menggulingkan Aung San Suu Kyi di awal Februari, Myanmar kembali ke pemerintahan militer secara penuh. Militer Myanmar pun telah berulang kali mematikan akses internet dan memutus akses ke sejumlah situs media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi meski ketika para jenderal mengambil tindakan untuk memblokir Facebook, mereka terus menggunakan platform tersebut untuk menyebarkan propaganda.
Dikutip dari The New York Times, Facebook kemudian menghapus sejumlah halaman milik pihak militer dan jaringan TV negara. Platform milik Mark Zuckerberg itu juga menghapus akun resmi para pemimpin militer senior Myanmar yang terkait dengan kekerasan terhadap Rohingya.
Sebelumnya, Facebook hanya berupaya membatasi penyebaran disinformasi oleh militer Myanmar Facebook memperlakukan situasi di Myanmar sebagai keadaan darurat sehingga harus mengurangi distribusi konten secara signifikan, terutama pada halaman dan profil yang dijalankan oleh militer.
Tak lama setelah kudeta, layanan internet dan akses informasi di seluruh Myanmar sempat terganggu beberapa kali karena disengaja untuk membatasi kemampuan orang untuk mendapatkan berita tentang peristiwa tersebut. Saat ini internet Myanmar telah pulih, namun pihak militer bisa sewaktu-waktu memblokirnya kembali.
(rns/afr)