Brian Acton sekarang adalah salah satu bos Signal, aplikasi messaging yang sedang naik daun gegara kontroversi yang menyelimuti aturan privasi baru WhatsApp. Namun di sisi lain, dia adalah salah satu pendiri WhatsApp bersama Jan Koum.
Tentu Acton masih memikirkan bagaimana kondisi perusahaan itu yang ia tinggalkan di tahun 2017 ketika ia resign dari Facebook. Ia merasa seperti orang tua bagi WhatsApp.
"Saya orang tua dan di titik tertentu, anak Anda tumbuh dewasa dan pergi keluar, dan mereka melakukan hal-hal yang Anda suka dan juga hal-hal yang tak Anda suka. Anda harus menerimanya. Saya kira begitulah posisi saya dengan WhatsApp," kata Acton dalam wawancara dengan Forbes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku membesarkan WhatsApp adalah pengalaman yang berkesan. Akan tetapi pada saat ini, ia hanya fokus mengembangkan Signal.
"Itu adalah pengalaman indah bersama WhatsApp. Tapi saya telah move on dalam hidup saya dan bagi saya, Signal bukan hanya passion melainkan pekerjaan full time," lanjutnya.
"Saya tidak ke startup lain. Saya tak hanya duduk di pantai. Saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berguna di umur saya dan itulah kenapa saya melakukan apa yang saya kerjakan sekarang," imbuh Acton yang dikutip detikINET.
Mengenai masalah yang menimpa WhatsApp, menurutnya karena perusahaan ini mau tidak mau harus untung. Kemudian, aturan privasi baru yang mereka keluarkan membingungkan para pengguna.
"Mereka punya masalah menjulang ini di mana harus update terms of service dan kebijakan privasi. WhatsApp punya beragam tujuan dan ambisi monetisasi. Mereka mencari profit. Dan mereka membuat terms of service dan kebijakan privasi yang sangat kompleks. Sekarang mereka kesulitan menjelaskannya untuk menjaga kepercayaan para user. Orang-orang mempertanyakan dan menganalisanya," papar Acton lagi.
(fyk/afr)