Alasannya, perangkat ini butuh bandwidth super besar untuk mengirimkan informasi karena besarnya data yang disimpannya. Selain itu, kecepatan akses data di tiap negara juga berbeda-beda sehingga cara tersebut masih sulit diimplementasikan.
Oke, jika cara menemukannya sulit diubah, bagaimana dengan metode penyimpanan datanya? Salah satu ide yang muncul adalah mengirim data rekaman di kokpit serta informasi penerbangan ke satelit dan disimpan di media penyimpanan miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya menghilangkan kekhawatiran jika black box tidak dapat ditemukan, tapi rekaman yang bisa didengarkan secara real-time juga berpotensi untuk mencegah kecelakaan dengan mendeteksi masalah yang terjadi. Kedengarannya bagus, tapi implementasinya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Faktor penghalangnya adalah uang. Ide tersebut akan sangat mahal untuk diwujudkan. Pihak maskapai penerbangan harus menambahkan komponen-komponen tertentu di seluruh armadanya, memesan satelit, dan mengamankan penyimpanan data.
Sekadar informasi, bandwidth data menggunakan satelit juga sangat mahal. Biayanya sekitar USD 1 per kilobyte, dengan potensi terus meningkat seiring waktu berjalan.
"Seperti semua hal, kalian tahu uang akan selalu jadi masalah," ucap Brickhouse, sebagaimana detikINET kutip dari Popular Science.
Menarik untuk ditunggu bagaimana black box akan berkembang mengikuti inovasi-inovasi yang ada di teknologi. Mengingat peran vitalnya di dunia penerbangan, tentu jadi kabar baik jika black box bisa lebih kekinian lewat tambahan teknologi canggih pada zaman now.