Seperti disampaikan Aditya, proposal preliminary (pendahulan) pernah diajukan oleh penulis asing pada 2012 silam. Namun sampai saat ini belum ada yang melanjutkannya, sehingga yang dilakukannya saat ini bersifat meneruskan dari apa yang dikerjakan sebelumnya.
Dalam penyusunan proposal aksara Kawi, Adi mengaku, beberapa mengalami kendala, mulai soal huruf, simbol yang perlu diberi contoh dan diberi asal-usulnya. Kemudian menjelaskan gambar aksara didapatkan dari prasasti mana, kemudian di simpan di mana, dan hal lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu yang membuat aksara Kawi sulit adalah masa penggunaannya yang panjang," ucap Adit.
Menurut Adit, selama 800 tahun pemakaian aksara Kawi punya berbagai macam variasi langgam dan ortografi. Variasi ini dijabarkan dalam proposal dan ditambah referensinya. Kondisi ini mengharuskan menyusun potongan-potongan informasi dari berbagai sumber.
Akhirnya, pada Juli 2020, penggiat aksara daerah berhasil menyusun proposal aksara Kawi dan melewati dua kali proses "persidangan", yakni pada Agustus dan September 2020. Setelah dokumen lengkap pada proposal aksara Kawi diterima Unicode, kini tinggal menunggu pengesahan.
Disebutkan, bila tak ada halangan, maka tidak lama lagi code point aksara Kawi akan bisa digunakan pada platform digital di seluruh dunia.
Pengajuan proposal dan kabar baik terkait aksara Kawi yang akan digitalisasi ini diapresiasi Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi). Pandi sendiri sedang merancang Merajut Nusantara melalui digitalisasi aksara.
"Kami sangat menghargai upaya komunitas yang mendukung kegiatan digitalisasi aksara yang digagas oleh Pandi, sebagai bentuk komitmennya adalah sejak Oktober, Pandi sudah terdaftar sebagai salah satu member Unicode, agar lebih mudah memfasiltias komunitas pegiat aksara di Indonesia dalam menjalani komunikasi dengan Unicode," pungkasnya.