Pandemi Corona ikut berdampak pada kontes robot tahunan antar perguruan tinggi di Indonesia. Untuk pertama kalinya, lomba digelar online.
Sebanyak 169 tim dari 89 Perguruan Tinggi se-Indonesia mengikuti kontes robotic yang digelar lewat daring (dalam jaringan). Hal tersebut berkenaan dengan pandemi COVID-19 sehingga untuk pertama kalinya di dunia, kontes robot dilakukan secara daring.
Ketua Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Asep Sukmayadi mengatakan, Kontes Robot Indonesia (KRI) jadi salah satu bidang yang cukup sulit diadaptasi di masa pandemi. Bahkan, kata dia, pelaksanaannya di tahun ini sempat akan ditunda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang betul kontes robot untuk adik-adik mahasiswa tahun ini sempat terombang ambing antara dilaksanakan atau tidak karena kita sama-sama terkejut melandanya COVID-19. Memasuki bulan Mei-Juni kita coba lakukan konsentrasi dengan mencoba beradaptasi, seiring dengan itu COVID ini memberikan pelajaran dan tantangan," kata Asep dalam konferensi pers melalui zoom meeting, Rabu (7/10/2020).
Lebih lanjut, ada 4 divisi perlombaan robotic yaitu Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe beroda, Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe berkaki, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) dan Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI).
Ketua Dewan Juri KRI 2020 Benyamin Kusumo mengatakan, meskipun digelar daring, para kontestan sangat berantusias mengikuti ajang robot ini. Padahal, beberapa dari mereka mengalami keterbatasan fasilitas kampus yang serba dibatasi dampak dari pandemi COVID-19.
![]() |
"Bahkan ada yang sampai menyewa ruko untuk menampilkan robotnya, saya sangat mengapresiasi mahasiswa," kata Benyamin.
Untuk Kontes Robot Indonesia (KRI) kali ini mengalami perubahan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terutama pada konsep penilaian kontes robot. Dia mengatakan, desain robot untuk pergerakan otonom atau tidak ada peran manusia di dalamnya membutuhkan proses penilaian yang tidak cukup sekali.
"Ketika kita tidak memiliki akses untuk melihat bagaimana mereka menggerakkan robotnya, akhirnya kita merubah aturan. Kemudian kita juga mengubah, karena tidak bisa menilai dua tim bertanding dengan infrastruktur yang sama seperti robot sepak bola beroda, yang dinilai juara adalah jumlah gol dalam kurun waktu yang ditentukan," jelasnya.
Kontes yang digelar secara daring juga membutuhkan keseimbangan jaringan. Oleh sebab itu, pihak panitia penyelenggara mensyaratkan dua provider. "Bukan standarnya yang diturunkan tapi aturannya yang digeser. Dan mereka bisa memenuhi perubahan dalam waktu yang singkat, dan itu sangat kita apresasi walaupun COVID-19 dan banyak batasan, tapi mereka tetap memenuhi," kata Benyamin.
Kontes Robot Indonesia (KRI) kali ini bermain dengan big data dan jaringan. Karenanya terpilihlah Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai tuan rumah dalam memfasilitasi penilaian dan penerimaan hasil karya robotic mahasiswa.
"Menyelenggarakan kontes itu membutuhkan teknologi yang canggih, ada 4 divisi dengan jumlah pertandingan yang sangat banyak. Teknologi yang sangat tinggi harus dapat memenuhi, bagaimana mengelola dan bermain dengan big data," ujar Sekretaris Institut Ir Widjaja Martokusumo.
Kontes Robot Indonesia (KRI) merupakan hasil kerja sama Pusat Prestasi Nasional dan Institut Teknologi Bandung. Seleksi Nasional selanjutnya akan diadakan pada 16-22 November 2020. Pemenang yang terpilih akan dikirim dua orang untuk menjadi perwakilan Indonesia di ajang NHK Robocon, Jepang.
(bbn/fay)