Pandemi COVID-19 membuat banyak pelaku agrobisnis memanfaatkan teknologi digital. Berkebun jamur tiram pun dibantu medsos dan marketplace untuk promosinya.
Salah satunya budidaya jamur tiram digeluti oleh Dante Putratama, seorang pria berusia 26 tahun lulusan Universitas Pasundan. Dari bisnis jamur itu, Dante sukses meraup untung hingga jutaan rupiah setiap bulannya.
Ia membudidayakan jamur berwarna putih dengan bentuk seperti payung itu di halaman rumahnya sendiri di Jalan Nusantara IV Kompleks Kavling IPTN, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memanfaatkan ruang di bagian rumahnya yang berfungsi sebagai garasi untuk membudidayakan jamur di rak setinggi hampir dua meter dengan panjang tiga meter.
Baca juga: 3 Tips Belajar Berkebun Lewat Internet |
"Awalnya memang belajar basic dulu sejak Januari kemarin, terus baru benar-benar mulai jalan budidaya di bulan April. Nekat saja karena saya yakin buat coba bisnisnya," ungkap Dante kepada detikINET akhir pekan lalu.
Awal memulai bisnis tersebut Dante harus mengeluarkan modal hingga Rp 4 juta untuk berbagai peralatan budidaya jamur tiram seperti pembuatan rak, baglog, media tanam, dan berbagai kebutuhan tanam lainnya.
"Sekali panen dari satu baglog itu rata-rata setengah sampai satu kilogram. Kalau dari awal budidaya, total yang sudah dipanen 70 sampai 75 kilogram. Masih terbilang sedikit sih," ucapnya.
Dante sudah balik modal, seiring tingginya minat masyarakat untuk memesan jamur tiram. Dalam sehari, minimal 10 orang bisa memesan jamur padanya.
"Lumayan, bisa sampai 10 orang yang pesan sehari. Ada yang setengah kilo ada yang satu kilo. Kalau pesan setengah kilo harganya Rp 8 ribu, untuk satu kilo Rp 15 ribu. Sehari rata-rata tujuh sampai delapan kilogram yang terjual," terangnya.
Lambat laun budidaya jamur tiram yang ditekuninya membuahkan hasil. Untuk membantu pemasaran, Dante memanfaatkan media sosial dan aplikasi jual beli mengingat bisa menjangkau semua tempat dalam satu waktu.
"Kalau pemasarannya memanfaatkan media sosial dan laman jual beli, seperti Instagram, Tokopedia, terus aplikasi lainnya. Jadi nanti tinggal packing dan kirim. Marketnya masih di seputaran Bandung Raya," tuturnya.
Memulai usaha saat pandemi COVID-19 ini mungkin bukan pilihan terbaik. Namun saat Dante memiliki keyakinan budidaya jamur tiram memiliki prospek yang bagus dan menjanjikan. Alasan lainnya, bisnis jamur tiram juga memiliki arus perputaran uang cukup cepat dan bisa tumbuh setiap hari.
Baca juga: 7 Aplikasi Terbaik untuk Berkebun |
"Jamur ini kan memang tumbuhnya setiap hari. Terus perputaran uangnya cepat dan sasarannya masuk ke kalangan menengah ke bawah jadi itu yang mau saya fokuskan," bebernya.
Karena dirasa menjanjikan, rencananya ia akan mengembangkan budidaya jamur tiramnya. Dante dibantu temannya sudah mengincar lahan di dekat rumahnya untuk dijadikan lahan tanam jamur tiram.
"Iya rencananya akan dikembangkan, kami sudah cari lahan dan ada. Tapi yang di garasi ini akan tetap ada karena kan ini ciri khasnya," tandasnya.
(ern/fay)