Arus informasi online bagaikan air bah tanpa henti. Anak Milenial Z perlu tahu bagaimana cara dapat informasi berkualitas hari ini.
Itulah pelajaran pembuka dalam kuliah sesi pertama d'Youthizen Virtual Class yang digelar detikcom, Selasa (14/4/2020). Dalam event online yang didukung by.U ini tampil dosen tamu pertama adalah Alfito Deannova, Editor in Chief detikcom.
Alfito mengatakan media massa berubah jauh dari dekade 1980-an sampai hari ini. Bentuk, format dan akses berubah mengikuti teknologi. Mengutip Henry Jenkins, hari ini adalah masa dimana media baru, media lama, media akar rumput, media korporasi saling bersilangan.
"Dulu kalau mau terkenal, mesti tampil di TV. Sekarang orang bisa jadi selebriti karena kreatif dan dikenal orang," kata Alfito.
Menurut dia, orang yang dulu mengkonsumsi media jadi memproduksi media. Media yang dulu memproduksi, jadi konsumen terhadap konten digital kreatif yang dibikin netizen. Artinya, media konvensional malah bisa tertinggal jika cuma mengandalkan jumlah banyak tapi mengabaikan good journalism, tidak sensitif pada publik dan melupakan ruang interaksi. Itu sebabnya detikcom juga mengembangkan banyak konten digital kreatif baru untuk anak muda, imbuh Alfito.
Bagi generasi milenial Z, memilah informasi pemberitaan tentu butuh kiat khusus. Generasi muda menurut Alfito tidak memiliki loyalitas brand yang penting bisa mendapatkan informasi digital dengan cepat. Masalahnya, apa yang tampil di halaman pertama situs pencarian, belum tentu informasi digital yang valid dan berkualitas.
"Menjadi konsumen media di zaman sekarang mesti cerdas. Jadilah rational reader, bandingkan dengan banyak media, cari sejarahnya, apa benang merahnya, baru ambil kesimpulan. Nggak bisa take it for granted," kiatnya.
Tanpa itu, pembaca milenial Z akan sangat rentan menerima konten hoax. Ketika generasi muda dengan rutin mencari informasi digital dari media massa tentu itu bisa membentuk karakter mereka.
"Kita nggak tahu teknologi ke depan akan mempengaruhi kita seperti apa. Kita mesti bersiap menghadapi masa depan dengan kritis, tapi rasional," pungkasnya.
(fay/fyk)