Eric mengusulkan teknologi konferensi video yang ramah smartphone pada Cisco di 2011, tapi ia ditolak bosnya. Maka ia memutuskan keluar dan mendirikan Zoom karena yakin dengan idenya. Di masa awal itu, dia sulit mendapatkan dana dan harus meminjam pada teman dan keluarga.
Istrinya juga mempertanyakan kenapa dia keluar dari pekerjaan mapan di Cisco. "Saya beritahu dia bahwa ini akan jadi perjalanan panjang dan sangat sulit. Tapi jika saya tak mencoba, saya bakal menyesal," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keyakinannya membuahkan hasil, popularitas Zoom makin meningkat. Pada 2014, jumlah penggunanya 10 juta kemudian naik jadi 40 juta pada 2015. Pendanaan mengalir, antara lain sejumlah USD 30 juta pada 2015 dari beberapa investor termasuk Horizons Ventures dan Qualcomm Ventures.
Tahun 2017, Zoom menyandang status startup unicorn. Akhirnya pada Maret 2019, mereka berjualan saham perdana atau IPO dengan valuasi sekitar USD 16 miliar.
Tahun 2020 ini dipastikan ketenaran Zoom makin bertambah. Dari pegawai sampai pejabat banyak mengandalkannya untuk membahas berbagai hal secara online. Bahkan valuasinya kini sudah USD 35 miliar.
Mereka mendapat uang dari klien korporat, dengan jumlah sekitar 30 ribu. Raksasa seperti Samsung, Uber sampai Walmart kabarnya menggunakan Zoom.
Belakangan seiring naiknya popularitas, Zoom mulai disorot karena tudingan mengirim data tanpa izin ke Facebook ataupun rentan disusupi hacker. Namun demikian sejauh ini, Zoom masih jadi favorit.
Eric sendiri mengaku tetap bekerja keras dan rendah hati. Ia termasuk CEO paling disukai karyawan. Hasil review Glasdoor, 99% karyawan senang dengan kepemimpinannya di Zoom.