Masuki Era 4.0, Kurikulum TI dan Tenaga Ahli Masih Tertinggal
Hide Ads

Masuki Era 4.0, Kurikulum TI dan Tenaga Ahli Masih Tertinggal

Bayu Ardi Isnanto - detikInet
Sabtu, 05 Okt 2019 21:30 WIB
Ilustrasi devloper aplikasi. Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Solo - Memasuki era industri 4.0, kurikulum program studi Teknologi Informasi (TI) di perguruan tinggi dinilai perlu pembaruan. Jumlah developer expert atau tenaga ahli untuk membimbing para pengembang bisnis startup juga dinilai masih minim.

Hal tersebut disampaikan Narenda Wicaksono selaku CEO Dicoding, perusahaan edukasi online untuk para developer aplikasi. Kekurangan itulah yang kini menjadi kendala pengembangan industri digital.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kurikulum kita ini tidak update. Kalau mengacu kompetensi nasional Indonesia, kurikulum ini diupdate 3-5 tahun sekali. Padahal di dunia digital ini harus selalu update. Aplikasi Android kita saja dua minggu sekali minta update," kata Narendra di sela acara Bekraf Developer Day di Hotel Swiss-Bellin Solo, Sabtu (5/10/2019).

Dari sisi pengajar, jumlah tenaga ahli di Indonesia masih sangat minim. Padahal, kata Narenda, terdapat sekitar 850 program studi terkait TI yang ada di Indonesia.

"Seharusnya pertumbuhan jumlah ini diimbangi dengan banyaknya developer expert. Mayoritas mereka masih butuh pengalaman lagi. 4 tahun lalu saya hitung hanya ada 7% expert, saya yakin sekarang masih minim. Idealnya 20-30% sudah expert," ujarnya.

Masuki Era 4.0, Kurikulum TI dan Tenaga Ahli Masih TertinggalCEO Dicoding Narenda Wicaksono. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikINET


Kekurangan tenaga ahli ini terjadi antara lain akibat adanya perusahaan-perusahaan besar yang terpusat di ibu kota. Daerah-daerah lain menjadi kekurangan tenaga ahli.

"Munculnya unicorn-unicorn itu memang bagus, tapi menimbulkan masalah karena semua tenaga ahli di daerah pindah ke sana. Jadi tidak ada transfer knowledge di daerah-daerah," katanya.

Digelarnya Bekraf Developer Day merupakan salah satu solusi untuk mendatangkan tenaga ahli ke daerah-daerah. Para pengembang dapat belajar langsung kepada pakarnya untuk menunjang bisnis digital mereka.



"Kami berkomitmen membantu mengembangkan talenta developer aplikasi dan game, khususnya anak muda. Melalui kegiatan ini diharapkan timbul kompetensi sehat dan berkualitas antardeveloper," kata Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari.


(rns/rns)