Kisah Miliarder Termuda Dunia Kepergok Menipu dan Bangkrut
Hide Ads

Kisah Miliarder Termuda Dunia Kepergok Menipu dan Bangkrut

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 15 Agu 2019 20:04 WIB
Kisah Miliarder Termuda Dunia Kepergok Menipu dan Bangkrut
Elizabeth Holmes. Foto: Getty Images
Jakarta - 'The Inventor: Out for Blood in Silicon Valley' adalah film dokumenter yang menceritakan kisah dramatis sosok bernama Elizabeth Holmes. Pernah menjadi miliarder termuda dunia dalam usia 19 tahun (dalam hitungan dolar AS), Holmes mengalami kejatuhan yang luar biasa parah.

Holmes meroket ke puncak kejayaan berkat perusahaan startup Theranos yang berkecimpung dalam uji darah. Teknologi yang mereka punya memang terdengar mengesankan, di mana cukup mengambil sedikit sampel darah, kondisi kesehatan pasien bisa terpantau.

Tahun 2014, Theranos jadi startup unicorn bernilai miliaran dolar. Holmes dipuja di mana-mana, menjadi miliarder wanita termuda sejagat. Sayang, berbagai skandal kemudian terungkap dan Holmes pun mengalami kejatuhan. Begini riwayat singkatnya disarikan dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Holmes lahir pada 3 Februari 1984 di Washington. Sang ibu, Noel, adalah staff di Kongres dan ayahnya bekerja di perusahaan energi Enron sebelum pindah ke lembaga pemerintah seperti USAID. Saat Holmes masih muda, keluarganya pindah ke kota Houston.

Ia sudah ambisius sejak muda, terlihat pada surat untuk ayahnya ketika baru 9 tahun. "Apa yang sungguh kuinginkan dalam kehidupan ini adalah menemukan sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak diketahui manusia mungkin dilakukan," tulisnya, dikutip detikINET dari Business Insider.




Di masa remajanya, Holmes sudah mulai berbisnis dengan menjual software komputer. Ia lalu berhasil masuk jurusan teknik kimia di Stanford. Dan saat masih awal kuliah, dia menerima beasiswa senilai USD 3.000 untuk melakukan proyek riset.

Dia tercatat pernah magang di Genome Institute di Singapura. Selain karena berotak encer, Holmes diterima di sana karena bisa berbahasa mandarin yang dipelajarinya kala muda.

Suatu hari, ia berkata pada profesornya, Channing Robertson, bahwa dia ingin mendirikan perusahaan. Dengan restu sang guru panutan, Holmes pun mendirikan Real Time Cures yang kemudian diubah namanya menjadi Theranos.

Holmes lantas drop out dari Stanford untuk serius merintis Theranos di ruang bawah tanah sebuah rumah. Model bisnis Theranos adalah menjalankan uji darah dengan teknologi sendiri yang membutuhkan hanya sedikit sampel. Tes ini diklaim Holmes dapat mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan kolesterol tinggi.

Theranos lantas meraup pendanaan dari investor kakap seperti Draper Fisher Jurvetson dan Larry Ellison. Tak tanggung-tanggung, mereka mengumpulkan lebih dari USD 700 juta. Pada investor, Holmes meminta syarat bahwa teknologinya tidak bisa dibuka dan dia yang akan memutuskan apapun soal perusahaannya.

Theranos pun beroperasi seakan diam-diam. Holmes bahkan pernah menuntut tiga mantan karyawan Theranos karena diklaim menyalahgunakan rahasia perusahaan. Dia terinspirasi Steve Jobs idolanya yang sangat mementingkan kerahasiaan. Bahkan seperti Jobs, Holmes mulai memakai kaos hitam dan tidak pernah liburan.

Nama Holmes makin dikenal, ia banyak diliput media. Sering pula hadir di event bergengsi seperti TED Talk di mana ia sepanggung dengan Bill Clinton dan Jack Ma. Pihak luar banyak yang tertarik pada Theranos. Salah satunya retail Walgreens yang membuka pusat uji darah dengan teknologi Theranos.




Halaman Selanjutnya: Awal Kejatuhan Theranos

Awal Kejatuhan Theranos

Elizabeth Holmes dan Jack Ma. Foto: Getty Images
Holmes pun pernah memiliki kekayaan bersih USD 4,5 miliar, menjadikannya wanita termuda paling kaya di dunia. Tapi di saat yang sama, kecurigaan besar mulai melingkupi Theranos.

Ian Gibbons, ilmuwan andalan Theranos, memperingatkan Holmes bahwa tes darah besutannya belum siap untuk publik dan ada ketidakakuratan dalam teknologinya. Ilmuwan lain pun mulai menyuarakan kecurigaannya pada Theranos.

Pada Agustus 2015, lembaga pemerintah FDA akhirnya mulai menginvestigasi Theranos. Regulator pemerintah lantas menemukan uji darah yang dilakukan Theranos pada pasien tidak akurat.

Pada Oktober 2015, media berpengaruh Wall Street Journal mempublikasikan temuannya soal Theranos yang ternyata teknologinya meragukan. Berita ini memicu kejatuhan Theranos dan Holmes lebih dalam.

John Carreyrou, reporter Wall Street Journal, mengungkap bahwa mesin tes darah Theranos yang dinamakan Edison, tidak bisa memberikan hasil akurat. Oleh karenanya, Theranos rupanya memakai mesin yang sama saja dengan perusahaan tes darah tradisional lain, bukan teknologi sendiri.

"Ini yang terjadi jika Anda bekerja untuk mengubah sesuatu. Pertama, mereka berpikir Anda gila, kemudian mereka melawan Anda dan lalu tiba-tiba Anda mengubah dunia," demikian pembelaan Holmes terkait tuduhan miring yang ditimpakan kepadanya.

Pada tahun 2016, lembaga FDA, Centers for Medicare & Medicaid Services, dan SEC ramai-ramai menyelidiki Theranos. Mereka berkesimpulan, telah terjadi penipuan. Maka pada Juli 2016, Holmes dilarang berkecimpung di industri tes laboratorium selama 2 tahun. Kemudian bulan Oktober, Theranos menutup operasi laboratoriumnya.

Pada Maret 2018, Theranos, Holmes dan petinggi perusahaan lain disebut melakukan penipuan masif oleh SEC. Sebagai hukuman, Holmes setuju menyerahkan kontrol voting dan keuangan perusahaan, membayar denda USD 500 ribu dan mengembalikan 18,9 juta saham Theranos. Dia juga dilarang memimpin perusahaan publik selama 10 tahun. Kekayaannya pun lenyap.

Holmes masih diizinkan menjadi CEO Theranos karena perusahaannya itu berstatus privat. Dan Holmes masih tetap berjuang walau sudah sangat terjerembab. Dia bahkan menulis pada investor, meminta uang tambahan untuk menyelamatkan Theranos.

Di tengah semua kejadian itu, Holmes bertunangan dengan William Evans, seorang pewaris sebuah jaringan hotel. Saat ini, mereka tinggal di San Francisco.

Halaman 2 dari 2
(fyk/krs)