Hal ini diungkapkan dua anggota parlemen India Pinaki Mishra dan Jayadev Galla. Keduanya membahas isu ini di dewan perwakilan rakyat India, dengan menyasar ByteDance selaku induk perusahaan TikTok.
"Para pengguna di India kaya akan sumber data. Data ini dikumpulkan bukan untuk menguntungkan India, tetapi menguntungkan mereka (TikTok dan ByteDance) dan masa depan mereka," kata Mishra seraya mendorong pemerintah serius menangani perlindungan data pengguna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Otoritas Inggris Periksa TikTok, Kenapa? |
Sementara Galla, seperti dikutip detikINET dari Times of India, Minggu (7/7/2019) menyerukan penutupan TikTok dan aplikasi sejenis lainnya yang dianggap sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya hoax dan menjadi ancaman bagi proses demokrasi di India.
"Informasi dan data adalah 'bahan bakar' di abad 21. Orang-orang akan diarahkan ke sini. Jadi, siapa pun yang mengontrol data akan punya posisi kuat mengatur kehidupan kita," ujar Galla.
Menanggapi hal ini, TikTok menolak memberikan respons. Ini bukan pertama kalinya TikTok harus menghadapi ancaman penutupan di India.
Sebelumnya, anggota parlemen India lainnya, Shashi Tharoor mengklaim TikTok mengumupulkan data secara ilegal dan mengirimkannya ke China. TikTok pun membantahnya.
Baca juga: Induk Tik Tok Mau Bikin Smartphone? |
Lalu pada April lalu, TikTok sempat diblokir karena aplikasi ini diduga digunakan untuk menyebarkan pornografi dan mengeksploitasi anak. Namun perintah blokir itu kemudian dicabut setelah ByteDance mengajukan banding.
India sendiri adalah salah satu lumbung pengguna terbesar bagi TikTok. Aplikasi asal China itu tercatat sudah diunduh lebih dari 230 juta kali di India.
(rns/rns)