Melinda antara lain mengisahkan bagaimana pertemuannya dengan Bill Gates, bagaimana dia pernah merasa kesepian dan keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga. Melinda bertemu dengan Bill saat bekerja di Microsoft. Begini sebagian nukilan dari buku itu.
Tentang Pertemuan dengan Bill Gates
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aku mengunjungi New York untuk Microsoft, dan teman sekamarku memberitahu untuk makan malam. Aku terlambat datang dan semua meja sudah penuh kecuali satu, dengan dua kursi berdampingan. Aku duduk di situ. Beberapa menit kemudian, Bill tiba dan duduk di kursi sebelah.
Kami mengobrol petang itu dan aku merasa dia tertarik, namun kemudian kami sesaat tidak berhubungan lagi. Lalu, pada suatu Sabtu, kami bertemu di tempat parkir perusahaan.
Baca juga: 'Menderitanya' Putra Putri Bill Gates |
Dia mengajak berbicara dan meminta kencan dua minggu kemudian. Aku tertawa dan berkata, itu tidak cukup spontan bagiku. Ajaklah lagi lebih dekat dengan waktu kencan dan aku memberi dia nomorku.
Dua jam setelahnya, dia menelepon saat aku di rumah dan mengundangku pergi petang itu. "Apakah ini cukup spontan bagimu?" tanya dia.
Kami ternyata punya banyak kesamaan. Kami suka puzzle dan suka berlomba. Jadi kami menggelar kontes puzzle dan memainkan game matematika.
Kupikir dia penasaran ketika aku mengalahkannya di game matematika dan memenangkan permainan pertama board game. Dia lalu mengusulkan agar aku membaca The Great Gasby, novel favoritnya, dan ternyata aku sudah membacanya juga, dua kali.
Mungkin di saat itulah dia tahu dia menemukan jodoh. Jodoh romantisnya, kata dia. Ketika kami bertunangan, seseorang bertanya pada Bill "Bagaimana Melinda membuatmu merasa?" dan dia menjawab "Menakjubkannya, dia membuatku merasa seperti menikah,". "
Halaman selanjutnya: Bill Gates Mau Antar Anak Sekolah
Bill Gates Mau Antar Anak Sekolah
Foto: Getty Images
|
Nah, di tengah kesibukan sebagai CEO Microsoft, rupanya Bill Gates tetap bersedia mengantar anak sulungnya berangkat sekolah beberapa hari dalam sepekan. Bill melakukannya sebagai upaya membantu istri membagi tanggung jawab rumah tangga.
Dituturkan oleh Melinda Gates, yang bicara kepada Editor-in-Chief Business Insider AS Alyson Shontell, hal sederhana yang dilakukan oleh Bill itu nyatanya berdampak besar pada lingkungan sekolah anak mereka.
"Kami berdua menyepakati sekolah yang kami pikir cocok buatnya dalam jangka panjang. Dari rumah kami, jaraknya tak begitu jauh ditempuh dengan mobil. Dan aku berargumen bahwa akan ada masa bertahun-tahun mengemudi (untuk mengantar). Mungkin kami harus menunggu dulu dan memasukkannya ke sekolah itu saat sudah lebih besar. Bill sendiri bersikeras kami harus melakukannya pada saat itu juga. Dan ia mengatakan, 'Aku yang akan mengantarnya'," tutur Melinda.
Kesediaan Bill itu turut mengejutkan Melinda karena pekerjaaan suaminya tersebut sedemikian menuntut dan jarak yang harus ditempuh ke kantornya pun cukup jauh. Tapi beberapa pekan kemudian, Melinda mendapati hal menarik saat giliran mengantar Jenn.
"Ibu-ibu yang lain mendatangiku dan bilang, 'Hei, kamu tahu nggak apa yang berubah di ruang kelas?'" ujarnya mengenang.
Apa yang terjadi? Ya, rupanya sudah ada lebih banyak bapak-bapak yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Itu semua tak lepas dari tindakan Bill Gates.
"Mereka (para ibu) kira-kira bilang begini, 'Yeah, kami pulang dan bilang ke para suami kami, 'Jika Bill Gates, seorang CEO Microsoft, bisa mengantar anaknya ke sekolah, kamu pun harusnya juga bisa!".
Usaha Bill dan Melinda berbagi tanggung jawab rumah tangga rupanya juga punya dampak ke keluarga lain, bukan cuma berimbas ke keluarga mereka. Melinda pun menyebut, apa yang dilakukan Bill turut merekatkan hubungan di antara ayah-anak.
"Bill dan anak-anak senang dengan momen-momen di dalam mobil. Mendengar musik bersama, (atau) obrolan yang selama bertahun-tahun mereka lakukan -- ini memunculkan sisi lain dirinya (Bill) yang mungkin takkan terlihat pada momen lain," ujar Melinda.
Sempat Merasa Kesepian
Foto: (@melindafrenchgates/Instagram)
|
"Ketika kami pertama punya Jen, aku merasa kesepian dalam pernikahan kami. Bill adalah CEO Microsoft waktu itu. Dia lebih daripada sibuk, semua orang menginginkan dia dan aku berpikir, mungkin secara teori ia ingin punya anak, tapi realitanya tidak demikian.
Awalnya, kami pindah ke rumah ukuran biasa yang kupilih setelah kami bertunangan. Dia tak masalah dengan itu. Tapi setahun setengah kemudian, kami pindah ke rumah sangat besar yang sudah dibangun Bill sejak dia bujangan.
Aku sebenarnya tak ingin pindah ke rumah itu. Faktanya, aku tidak merasa Bill dan aku sama soal apa yang kami inginkan dan kami hanya punya sedikit waktu untuk mendiskusikannya.
Jadi di tengah semua itu tu, aku merasa punya krisis kepercayaan diri. Aku bukan lagi eksekutif bisnis. Aku adalah ibu dengan anak kecil dan suami yang sering bepergian dan kami pindah ke rumah raksasa dan aku bertanya-tanya apa yang orang pikirkan tentang aku, karena rumah itu bukan aku. Itulah momen di mana aku mulai 'memanjat' untuk memilki kemitraan yang setara.
Kami sudah berjalan panjang sejak saat itu. Bill sering bicara di wawancara bahwa dia selalu punya partner di semua yang dia lakukan.
Itu memang benar, tapi dia tidak selalu punya partner yang setara. Dia harus belajar bagaimana agar bisa setara dan aku harus belajar bagaimana bisa melangkah naik agar setara,"