Membongkar Kekuatan Uang Arab Saudi di Dunia Teknologi
Hide Ads

Membongkar Kekuatan Uang Arab Saudi di Dunia Teknologi

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Kamis, 25 Okt 2018 12:45 WIB
Membongkar Kekuatan Uang Arab Saudi di Dunia Teknologi
Arab Saudi punya kuasanya tersendiri di industri teknologi, mulai dari aliran deras investasi sampai relasi dengan sejumlah bos di industri ini. Foto: BBC World
Jakarta - Walau tak memiliki pusat startup dunia layaknya Silicon Valley maupun perusahaan teknologi terkemuka, tapi Arab Saudi punya cara sendiri untuk menghadirkan kekuatan di sektor ini. Uang jadi jawabannya. Dan hal ini jadi sorotan terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang membuat hubungan mereka dengan perusahaan teknologi dikhawatirkan retak.

Lewat program Vision 2030, mereka memasang target untuk bisa melakukan investasi paling tidak USD 2 triliun di industri seperti energi dan teknologi. Angka tersebut diharapkan dapat tercapai sampai kalender menunjuk tahun 2030.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain aliran dana yang deras, para pemimpin negara penghasil minyak ini juga dikenal dekat dengan sejumlah bos teknologi terkemuka. Lantas, ke mana saja arah arus investasi mereka? Dan siapa saja dedengkot teknologi yang berhubungan dengan pemimpin negara tersebut? Berikut beberapa faktanya.

Derasnya Uang Arab Saudi di Jagat Teknologi

SoftBank yang kerap menanam modal ke perusahaan teknologi dunia jadi salah satu penerima investasi dari Arab Saudi terbesar. Foto: Getty Images

Sepanjang tahun lalu, investor-investor Arab Saudi sudah menanamkan paling tidak USD 14,1 miliar ke perusahaan asal Negeri Paman Sam. Angka tersebut diumbar oleh Bureau of Economic Analysis.

Bahkan mereka hanya menghitung investasi yang menempatkan orang-orang asal Arab Saudi pemilik 10% kepemilikan atau lebih. Tidak hanya di Amerika Serikat saja, investasi mereka juga merambah ke Negeri Sakura.
Sekitar USD 45 miliar sudah digelontorkan pemerintah Arab Saudi kepada Vision Fund milik SoftBank. Itu hampir separuh dari total dana investasi yang mencapai USD 93 miliar.
Yang terbaru, investor asal Arab Saudi juga diketahui telah menggelontorkan uang sebesar USD 963 juta untuk Magic Leap. Itu adalah produsen perangkat augmented reality yang berkantor pusat di Florida, Amerika Serikat.

Para penikmat Uang Arab di Jagat Teknologi

Twitter jadi salah satu perusahaan yang menerima aliran investasi dari Arab Saudi. Foto: 9to5mac
Selain Magic Leap yang disebutkan tadi, ada nama-nama besar dari Negeri Paman Sam yang dilaporkan menerima aliran investasi Arab Saudi. Mereka adalah Uber, Lyft, Tesla, Snap, sampai Twitter.

Di samping itu, disebutkan juga bahwa SoftBank juga mendapat banyak penanaman modal dari negeri yang kaya minyak itu. Perusahaan asal Jepang itu juga diketahui kerap menyuntikkan dana ke sejumlah nama-nama tenar di jagat teknologi, seperti Nvidia, Sprint, Grab, Ola, hingga Didi Chuxing.

Selain itu, Arab Saudi juga sempat melakukan kerja sama dengan Virgin Hyperloop One. Anak perusahaan dari Virgin Group besutan Richard Branson itu pun dilaporkan menerima dana segar tak kurang dari USD 1 miliar.

Walau begitu, kesepakatan tersebut dibatalkan oleh pihak Arab Saudi. Hal tersebut menyusul keputusan Branson yang membekukannya terlebih dahulu sampai kasus kematian Jamal Khashoggi diusut tuntas.

Hubungan dengan Bos Teknologi Dunia

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, diketahui menjalin relasi dengan sejumlah bos teknologi dunia. Foto: Dok. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dari dulu akrab dengan para bos perusahan teknologi ternama. Pada 2017 lalu, ia pernah datang ke kantor Facebook.

Di sana, ia bertemu dengan Mark Zuckerberg selaku pendiri dari jejaring sosial raksasa tersebut. Zuck pun bukan satu-satunya bos teknologi yang pernah dijumpainya.

Belum lama ini, dia juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Silicon Valley. Tim Cook (CEO Apple), Sundar Pichai (CEO Google), Jeff Bezos (CEO Amazon) adalah nama-nama yang ditemuinya di sana.

Dalam kunjungannya itu, Pangeran Salman membicarakan kemungkinan kemitraan antara negara kaya minyak yang dipimpinnya dengan para perusahaan teknologi terbaik di dunia. Rumor berkembang bahwa para raksasa teknologi itu akan membuat data center ataupun toko di Arab Saudi.

Sekadar informasi, sosok ini memang dikenal dekat dengan anak muda. Ia pun juga ingin menampakkan citra Arab Saudi yang lebih modern.

Ramai Boikot yang Dilakukan Bos Teknologi

Richard Branson jadi satu dari segelintir bos teknologi yang terang-terangan memboikot hajatan bos teknologi. Foto: Getty Images
Kasus pembunuhan yang melibatkan jurnalis bernama Jamal Khashoggi sepertinya punya dampak besar terhadap hubungan antara bos-bos teknologi global dengan Arab Saudi, negara asal korban tersebut. Hal ini tampak dari 'boikot' yang dilakukan sejumlah perusahaan teknologi terhadap hajat besar negara penghasil minyak tersebut.

Diane Greene (CEO Google Cloud), Dara Khosrowshahi (CEO Uber), dan yang terbaru Masayoshi Son (CEO SoftBank), kompak batal berangkat ke Arab Saudi untuk menghadiri Future Investment Initiative. Richard Branson juga sudah lebih dulu melakukannya.

Malahan, pria berambut gondrong ini bahkan menentukan sikap yang lebih jauh lagi. Ia baru saja memutuskan untuk mundur dari jabatan Chairman Virgin Hyperloop One tak lama setelah Arab Saudi membatalkan kerja samanya dengan perusahaan itu.

Pembatalan tersebut bermula dari keputusan Branson yang membekukan kerja sama antara keduanya sampai kejelasan mengenai pembunuhan Jamal Khashoggi. Arab Saudi dilaporkan melakukan investasi sebesar USD 1 miliar pada bisnis ini.

Seruan untuk Menyetop Dana Arab di Teknologi Merebak

Anggota Kongres AS, Ro Khanna, jadi satu yang bersuara lantang agar dana Arab Saudi ke industri teknologi disetop. Foto: Instagram/reprokhanna
Ro Khanna, anggota Kongres Amerika Serikat mewakili California, mengatakan bahwa Silicon Valley harus berani untuk menolak investasi dari Arab Saudi. Hal tersebut karena sikap buruk negara itu dalam menangani kasus kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

Selain itu, keterlibatan Arab Saudi terhadap serangan udara di Yaman beberapa waktu lalu juga menjadi faktor berikutnya. Menurutnya, tindakan tersebut membuat tangan mereka sudah kotor, dan tidak baik menerima uang dari tangan kotor tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wesley Chan. Managing Director dari Felicis Venture, perusahaan pendanaan yang berbasis di Silicon Valley, mengatakan bahwa sikap Arab Saudi dalam kasus pembunuhan kolumnis Washington Post tersebut bisa memengaruhi moral Amerika Serikat.

Pria yang juga sempat bekerja di Google ini juga menyebut jika mereka bisa merusak nilai-nilai baik yang sudah dipegang sebelumnya. Hal tersebut, misalnya, berkaitan dengan kebebasan berpendapat dan pandangan lainnya.

Bagaimana Nasib Arab Saudi di Jagat Teknologi?

Kasus kematian Jamal Khashoggi bisa jadi berperan besar dalam penetrasi Arab Saudi untuk 'menguasai' industri teknologi. Foto: BBC World
Relasi baik antara Pangeran Salman dengan sejumlah bos teknologi dunia terancam terkait pembunuhan yang menimpa jurnalis Jamal Khashoggi. Banyak pertanyaan muncul tentang apa peran pemerintah Arab Saudi dan khususnya pangeran Salman.

Meski para bos teknologi itu cenderung diam, bukan berarti mereka tak peduli. Google, Uber, hingga SoftBank sudah menarik delegasinya yang seharusnya mendatangi Future Investment Initiative Summit di Riyadh.

Setelah Richard Branson yang membatalkan kerja sama antara Virgin Hyperloop One, sejumlah analis berpendapat jika SoftBank patut untuk tak lagi mengandalkan uang Arab Saudi. Hal tersebut merujuk pada investasi besar mereka di Vision Fund milik perusahaan asal Jepang tersebut.

Akan tetapi bukan berarti dengan peristiwa ini, hubungan antara Arab Saudi dengan para perusahaan teknologi benar-benar rusak. Jika peristiwa tersebut mulai menghilang dari radar, rencana bisnis di antara mereka sangat mungkin tetap berlanjut.

Halaman 2 dari 7
(mon/fyk)