Menurut Rudiantara, apa yang terjadi oleh Path saat ini merupakan hal wajar di era digital, terkait kian sengitnya kompetisi media sosial.
"Ya namanya bisnis, kompetisi. Kalau sudah nyerah, ya sudah. Gitu kan," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta, Senin malam, (17/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Path Resmi Tutup! |
Path memang punya beberapa keunikan, di antaranya pembatasan jumlah teman yang hanya mencapai ratusan. Beda dengan jejaring sosial lain yang jumlah temannya bisa mencapai ribuan.
Path digagas seorang pria asal Amerika Serikat bernama Dave Morin. Jejaring sosial yang didirikan November 2010 ini, sebelum melenjitnya Instagram, merupakan media sosial populer di Indonesia, dan bersaing sengit dengan Facebook dan Twitter.
Baca juga: Path Resmi Tutup, Netizen Banjir Air Mata |
"Path kan tadinya di luar negeri. Terus dipindahkan ke Indonesia karena melihat pasarnya di Indonesia. Tapi, memerlukan komitmen mengembangkan platformnya berdasarkan user requirement," tutur Rudiantara.
Seperti diberitakan sebelumnya, Path sudah mengkonfirmasi soal kabar tutupnya layanan mereka. Kabar ini disebar Path pada situs resmi dan akun Twitter mereka.
Baca juga: Kisah Tragis Path, Melesat Cepat Lalu Tamat |
Pada akun @path di Twitter mereka menyebut sangat menyesali kalau layanan Path akan segera dihentikan. Dan untuk informasi lebih lanjut, mereka mengarahkan pengguna ke sebuah laman di situs resminya.
Path Resmi Tutup, Netizen Gaungkan #TerimaKasihPath, tonton videonya di sini:
(agt/krs)