Menambang Bitcoin Cuma Bikin Rugi, Tapi...
Hide Ads

Menambang Bitcoin Cuma Bikin Rugi, Tapi...

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Jumat, 18 Mei 2018 11:31 WIB
Penambangan cryptocurrency. Foto: Reuters
Jakarta - Kegiatan menambang Bitcoin belakangan diprediksi hanya akan membuat pelakunya merugi, namun hal tersebut justru membuat mereka menjadi semakin nekat.

Penambangan Bitcoin diprediksi dapat menggunakan 0,5% dari total konsumsi listrik global pada akhir tahun ini. Walau angkanya tampak sedikit, namun biaya yang dibutuhkan tetap sangat besar dan dapat membuat para penambang tak lagi mendapatkan keuntungan dari kegiatan mengeruk salah satu jenis cryptocurrency itu.

Adalah Alex de Vries, ahli blockchain, teknologi di balik peredaran mata uang digital, yang mengungkapkan prediksi tersebut. Berdasarkan riset yang dibuatnya, konsumsi energi dari penambangan Bitcoin saat ini sudah mencapai 2,55 gigawatt, atau hampir setara dengan Irlandia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan pada akhir 2018 nanti, ia memperhitungkan bahwa angka tersebut akan melonjak menjadi 7,67 gigawatt, hanya tertinggal sedikit dari Austria. Menurutnya, dengan semakin meroketnya kebutuhan penambang Bitcoin akan listrik, maka mereka tak lagi bisa menikmati keuntungan dari proses tersebut.



Meski begitu, ia memperkirakan para pelaku penambangan mata uang digital tersebut tidak akan berhenti walaupun biaya yang dibutuhkan lebih besar dari keuntungannya. Hal ini yang menurutnya akan menimbulkan masalah baru di dalam jaringan, sebagaimana detikINET kutip dari Live Science, Jumat (18/5/2018).

Sejumlah penambang bisa saja mencuri daya listrik sebagai alternatif dalam menambang Bitcoin tanpa mengeluarkan biaya dari kantong pribadi atau organisasi yang bersangkutan. Hal ini pun bukan sekadar prediksi karena memang sudah terjadi sebelumnya.

De Vries mengatakan bahwa terdapat seseorang yang menambang Bitcoin senilai hingga USD 10.000 (Rp 140 juta) dengan memanfaatkan superkomputer milik sebuah perguruan tinggi. Alhasil, institusi tersebut harus menanggung biaya sebesar USD 150.000 (Rp 2,1 miliar) untuk kegiatan penambangan Bitcoin yang sebenarnya tidak mereka lakukan.

Kegiatan menambang sendiri adalah sebuah mekanisme untuk menerbitkan Bitcoin baru, yang juga sekaligus sebagai cara agar transaksi tervalidasi dan dapat diterima. Penambangan ini memerlukan penyelesaian permasalahan komputasi berbentuk puzzle cryptographic yang kompleks.



Nantinya, setiap 10 menit, user yang berhasil menyelesaikan puzzle tersebut akan mendapatkan insentif berupa 12,5 BTC per blok, dan berlaku kelipatannya. Saat ini, masih terdapat 3 juta lebih stok Bitcoin tersedia, dengan 1 BTC bernilai pada kisaran USD 8.300 (Rp 116 juta).

Penambangan Bitcoin bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Diperlukan hardware dengan spesifikasi yang mumpuni untuk menyelesaikan puzzle cryptographic menggunakan microchip bernama ASIC atau melalui serangkaian GPU yang digabungkan. Kebutuhan akan komputer berkekuatan tinggi itu yang membuat para penambang Bitcoin mengonsumsi energi dalam jumlah besar. (fyk/fyk)