Pendiri Kaspersky Lab, Eugene Kaspersky, mempertanyakan larangan beriklan tersebut. Ternyata, larangan tersebut sudah dikeluarkan Twitter sejak Januari 2018.
"Dalam sebuah surat singkat yang dikirim karyawan Twitter yang tidak menyebutkan nama, kami diberitahu bahwa perusahaan kami menjalankan model bisnis yang bertentangan dengan praktik bisnis Twitter Ads," kata Kaspersky seperti dikutip dari Tech Crunch, Minggu (22/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
No matter how this situation develops, we won't be doing any more advertising on Twitter this year.
β Eugene Kaspersky (@e_kaspersky) April 20, 2018
The whole of the planned Twitter advertising budget for 2018 will instead be donated to the @EFF. They do a lot to fight censorship online.
Hal ini tentu membuat Kaspersky geram. Dia sangat yakin bahwa perusahaannya tidak pernah melanggar aturan tertulis maupun tidak tertulis terkait dengan ketentuan Twitter Ads.
"Dan model bisnis kami sama saja dengan yang digunakan di seluruh industri keamanan cyber. Kami menyediakan produk dan layanan bagi pengguna, dan mereka membayar untuk itu," tegas Kaspersky.
My open letter to @jack Dorsey asking for more transparency to quash any doubts about potential political censorship on Twitter https://t.co/XKtIOpbmd3 pic.twitter.com/UhecZRY7ZB
β Eugene Kaspersky (@e_kaspersky) April 20, 2018
Disebutkannya, selama 2017 Kaspersky Lab sudah menghabiskan sekitar USD 93 ribu untuk mempromosikan konten mereka di Twitter. Ketidakjelasan alasan pelarangan ini pun sampai membuat Kaspersky secara terbuka menanyakannya langsung ke CEO Twitter Jack Dorsey melalui Twitter.
Pada kesempatan berbeda, Twitter menegaskan kembali bahwa alasan pelarangan tersebut karena Kaspersky Lab dianggap menjalankan model bisnis yang bertentangan dengan praktik bisnis Twitter Ads. Namun Twitter kemudian merujuk pada pencekalan Kaspersky Lab oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pelarangan ini rupanya ada hubungannya dengan dihapuskannya Kaspersky Lab dari daftar vendor pembelian perangkat teknologi yang akan digunakan oleh instansi pemerintahan AS, sebagai salah satu dampak memburuknya hubungan Amerika Serikat dan Rusia yang meluas.
Hal tersebut menjadi tindakan konkrit dari kecurigaan badan intelijen dan parlemen AS yang muncul sejak beberapa tahun lalu. Mereka meyakini perusahaan antivirus yang bermarkas di Moskow itu punya hubungan erat dengan badan intelijen Rusia yang berada dibalik serangan cyber ke Amerika Serikat. (rns/rns)