Dalam kesaksiannya kepada Parlemen Inggris, Kaiser menuturkan bahwa Cambridge Analytica dan mitra-mitranya memanfaatkan data kuisioner yang melibatkan lebih banyak pengguna Facebook. Dia meyakini, penyalahgunaan yang terjadi lebih tinggi dari yang telah dilaporkan sebelumnya.
Kaiser mengatakan, berbagai kuis kepribadian digunakan untuk memperoleh data pengguna yang lebih personal. Misalnya, kuis yang mencari tahu kecenderungan pribadi kita seperti apa, atau kuis tentang musik untuk mengetahui selera musik si pengguna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Facebook Indonesia Diberi Deadline 1 Bulan |
"Saya biasanya memberikan contoh kepada klien, bahwa jika Anda mengakses Facebook dan melihat kuis kepribadian yang viral ini, tidak semuanya dirancang oleh Cambridge Analytica, SCL Group, atau afiliasi kami," ucapnya dikutip dari The Verge, Kamis (19/4/2018).
"Aplikasi ini dirancang khusus untuk memanen data dari individu yang menggunakan Facebook sebagai alatnya," katanya menambahkan.
Kepada Parlemen Inggris, Kaiser menyerahkan bukti perkara sebagai bagian dari sidang berita palsu. Seperti diketahui, Cambridge Analytica memperoleh data sebanyak 87 juta pengguna, satu juta diantaranya berasal dari Indonesia melalui aplikasi kuis kepribadian yang dibuat oleh Aleksandr Kogan.
Usai mengetahui kejadian itu, Facebook mengatakan telah mengubah kebijakannya. Saat ini Facebook sedang mengaudit dan membatasi berbagai aplikasi yang memanfaatkan informasi pengguna. (rns/rns)