
-
01 Begini Cara Unreg Nomor SIM Card yang Telah Diregistrasi
-
02 FotoINET Deretan Ponsel Canggih yang Muncul di Film Avengers
-
03 21 Wanita Muda Indonesia Inspiratif di Industri Digital
-
04 fotoINET Unboxing Asus Zenfone Max Pro Pertama di Indonesia
-
05 Kolom Telematika Viral Burung Surakav yang Ternyata Hoax
-
06 Data Science Weekend 2018: Melihat Masa Depan Industri Data
-
07 Perang Smartphone, Huawei: Indonesia Masih Sensitif Harga
-
08 FotoINET Deretan Raksasa Teknologi Amerika Penguasa Dunia
-
09 Kominfo Ungkap Isi Surat Facebook Soal Kebocoran Data
-
10 Di Indonesia, TV 'Bunglon' Samsung Dibanderol Rp 175 Juta
- SELENGKAPNYA
-
01 Driver Ojek Online Tuntut Tarif Naik 100%
-
02 Xiaomi: Redmi Note 5 Setara Samsung S9
-
03 Apple Ejek Play Store Android
-
04 Pengamat: iPhone X akan Dimatikan Apple
-
05 Callind, Aplikasi Lokal Pesaing WhatsApp Resmi Diluncurkan
-
06 ZTE Dilumpuhkan Amerika, Ini Peringatan China
-
07 'Dilarang Pakai Teknologi AS, Ekonomi China Bisa Ambruk'
-
08 Bill Gates Dukung Live Streaming Pantau Bumi Bulat
-
09 Pakai Xiaomi Mi 6, Polda Metro Jadi Bulan-bulanan Netizen
-
10 Ponsel Hitam Putih yang Pernah Bikin Penggunanya Bangga
Rabu, 10 Jan 2018 22:18 WIB
Upaya Sushi Jauhkan Petani Rumput Laut dari Tengkulak

Jakarta - Keberadaan tengkulak sebagai satu-satunya akses untuk menjual produk seakan menjadi mimpi buruk bagi sebagian petani rumput laut di Indonesia.
Maka dari itu, Shushi.asia, startup muda berbasis website asal Denpasar, Bali berupaya mengubah sistem distribusi rumput laut dengan menghilangkan tengkulak yang oportunis dalam proses tersebut.
Melalui platform online yang mereka miliki, Shushi.asia akan berperan sebagai aggregator untuk menghubungkan para petani kecil dengan pemain pasar secara langsung lewat ecommerce mereka.
"Pada 2016, Indonesia berhasil menghasilkan 11 juta ton rumput laut, namun jumlah yang besar tersebut tidak sesuai dengan kondisi petani itu sendiri," ujar Azhari Dadas selaku CEO Shushi.asia saat ditemui detikINET dalam ajang Amplifive.
Menurutnya, selain permasalahan keberadaan tengkulak yang cenderung menekan harga sebagai satu-satunya akses menuju pasar, sistem produksi yang tidak memenuhi standar pun menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesulitan yang dialami oleh para petani.
Tidak hanya dari sisi petani, Azhari pun mengungkapkan bahwa konsumen di Indonesia mempunyai kesulitan terkait dengan mencari ketersediaan rumput laut. Selain itu, kualitas yang mereka dapatkan pun tak jarang berbeda-beda.
Maka dari itu, Shushi.asia tidak hanya mengakomodir ecommerce, tapi juga informasi-informasi mengenai rumput laut yang ada di Indonesia di dalam website mereka.
"Usia kami masih sangat muda, baru 3 bulan, namun kami telah bekerja sama dengan 12 keluarga petani rumput laut untuk menghasilkan 3 jenis rumput laut dengan jumlah pasokan mencapai 630 kg," kata Azhari.
Baginya, kedekatan Shushi.asia dengan petani rumput laut yang sudah terjalin menjadi hal yang penting untuk memudahkan komunikasi, kerja sama, serta edukasi.
Selain itu, kerja sama dengan influencer lokal, seperti Kepala Desa dan kepala kelompok petani rumput laut juga memiliki peranan besar untuk mengajak para petani yang lain untuk ikut bergabung.
Shushi.asia pun sudah berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, sekaligus tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa startup lokal Tanah Air.
Saat ini, mereka tengah fokus pada kegiatan B2B (business to business) dengan menyediakan produknya ke beberapa supermarket di Bali serta industri seperti makanan, obat-obatan, serta kesehatan.
Mereka pun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor ke luar negeri di masa yang akan datang.
"Orang-orang Jepang justru ingin memakan rumput laut yang berasal dari Indonesia yang mereka anggap masih bagus kualitasnya, karena di negara mereka rumput lautnya sudah tercemar," ujarnya.
"Kami masih sangat muda, sangat semangat, dan sangat yakin untuk menyelesaikan masalah tersebut," sebutnya.
Azhari juga sempat mengungkap fakta unik mengenai nama startupnya. Shushi punya arti penuh makna, atau berarti dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa China, sushi berarti lebih nyaman.
Ketertarikan para pendiri Shushi.asia melihat sepak terjang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pun menjadi alasan mereka untuk memilih nama tersebut. (rns/rou)
Maka dari itu, Shushi.asia, startup muda berbasis website asal Denpasar, Bali berupaya mengubah sistem distribusi rumput laut dengan menghilangkan tengkulak yang oportunis dalam proses tersebut.
Melalui platform online yang mereka miliki, Shushi.asia akan berperan sebagai aggregator untuk menghubungkan para petani kecil dengan pemain pasar secara langsung lewat ecommerce mereka.
"Pada 2016, Indonesia berhasil menghasilkan 11 juta ton rumput laut, namun jumlah yang besar tersebut tidak sesuai dengan kondisi petani itu sendiri," ujar Azhari Dadas selaku CEO Shushi.asia saat ditemui detikINET dalam ajang Amplifive.
Menurutnya, selain permasalahan keberadaan tengkulak yang cenderung menekan harga sebagai satu-satunya akses menuju pasar, sistem produksi yang tidak memenuhi standar pun menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesulitan yang dialami oleh para petani.
Tidak hanya dari sisi petani, Azhari pun mengungkapkan bahwa konsumen di Indonesia mempunyai kesulitan terkait dengan mencari ketersediaan rumput laut. Selain itu, kualitas yang mereka dapatkan pun tak jarang berbeda-beda.
Maka dari itu, Shushi.asia tidak hanya mengakomodir ecommerce, tapi juga informasi-informasi mengenai rumput laut yang ada di Indonesia di dalam website mereka.
"Usia kami masih sangat muda, baru 3 bulan, namun kami telah bekerja sama dengan 12 keluarga petani rumput laut untuk menghasilkan 3 jenis rumput laut dengan jumlah pasokan mencapai 630 kg," kata Azhari.
Baginya, kedekatan Shushi.asia dengan petani rumput laut yang sudah terjalin menjadi hal yang penting untuk memudahkan komunikasi, kerja sama, serta edukasi.
Selain itu, kerja sama dengan influencer lokal, seperti Kepala Desa dan kepala kelompok petani rumput laut juga memiliki peranan besar untuk mengajak para petani yang lain untuk ikut bergabung.
Shushi.asia pun sudah berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, sekaligus tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa startup lokal Tanah Air.
Saat ini, mereka tengah fokus pada kegiatan B2B (business to business) dengan menyediakan produknya ke beberapa supermarket di Bali serta industri seperti makanan, obat-obatan, serta kesehatan.
Mereka pun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor ke luar negeri di masa yang akan datang.
"Orang-orang Jepang justru ingin memakan rumput laut yang berasal dari Indonesia yang mereka anggap masih bagus kualitasnya, karena di negara mereka rumput lautnya sudah tercemar," ujarnya.
"Kami masih sangat muda, sangat semangat, dan sangat yakin untuk menyelesaikan masalah tersebut," sebutnya.
Azhari juga sempat mengungkap fakta unik mengenai nama startupnya. Shushi punya arti penuh makna, atau berarti dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa China, sushi berarti lebih nyaman.
Ketertarikan para pendiri Shushi.asia melihat sepak terjang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pun menjadi alasan mereka untuk memilih nama tersebut. (rns/rou)
Berita Terkait
Baca Juga
News Feed
-
Di Indonesia, TV 'Bunglon' Samsung Dibanderol Rp 175 Juta
Kamis, 26 Apr 2018 19:06 WIBSetelah diperkenalkan di ajang CES 2018, QLED TV terbaru Samsung resmi hadir di Indonesia. Televisi ini membawa kemampuan layaknya bunglon. Seperti apa? -
Begini Cara Unreg Nomor SIM Card yang Telah Diregistrasi
Kamis, 26 Apr 2018 18:44 WIBPemerintah mensyaratkan satu Nomor Induk Kependudukan (NIK) hanya boleh memiliki tiga kartu SIM. Lantas bagaimana jika ingin berganti nomor baru? -
fotoINET
Unboxing Asus Zenfone Max Pro Pertama di Indonesia
Kamis, 26 Apr 2018 18:35 WIBAsus baru saja merilis Zenfone Max Pro (M1) salah satunya untuk menantang Xiaomi di Indonesia. Seperti apa penampakannya? Intip foto-foto unboxing berikut. -
Pelanggan XL Setahun Sumbang Kuota 195 TB ke Sekolah
Kamis, 26 Apr 2018 18:08 WIBGerakan yang dilakukan XL ini telah mengumpulkan lebih dari 195 TeraByte yang terhitung Agustus 2017 sampi Maret 2018. -
FotoINET
Deretan Ponsel Canggih yang Muncul di Film Avengers
Kamis, 26 Apr 2018 17:45 WIBSejumlah pabrikan ponsel berlomba menyisipkan smartphone buatannya ke sejumlah film garapan Marvel Cinematic Universe. Apa saja? Yuk, kita intip sama-sama. -
21 Wanita Muda Indonesia Inspiratif di Industri Digital
Kamis, 26 Apr 2018 17:17 WIBMereka adalah para wanita muda yang visioner serta memiliki semangat tinggi untuk mengibarkan nama Indonesia melalui teknologi digital. Siapa saja mereka? -
Data Science Weekend 2018: Melihat Masa Depan Industri Data
Kamis, 26 Apr 2018 16:35 WIBGo-Jek, Niometrics, Home Credit Indonesia, Google, AWS, Yellowfin, Bukalapak hingga Kantor Staf Presiden akan jadi pembicara di ajang Data Science Weekend 2018. -
FotoINET
Deretan Raksasa Teknologi Amerika Penguasa Dunia
Kamis, 26 Apr 2018 16:19 WIBTak dapat dipungkiri kalau Amerika Serikat adalah gudangnya perusahaan teknologi yang membuat banyak negara bergantung pada mereka. -
Perang Smartphone, Huawei: Indonesia Masih Sensitif Harga
Kamis, 26 Apr 2018 15:57 WIBPerang harga kembali terjadi di kalangan vendor ponsel di Indonesia. Huawei pun mencoba untuk memberikan pandangannya terhadap situasi tersebut. -
PS5 dan Xbox One Terbaru Rilis 2020?
Kamis, 26 Apr 2018 15:30 WIBPersaingan industri game konsol masih terus memanas. Beredar kabar bila konsol terbaru Microsoft dan Sony siap meluncur di tahun 2020.