
-
01 Awas, Jangan Sembarang Ngecas! Data Ponsel Bisa Dicuri
-
02 Google Street View Mulai Rekam 'Jalan Tikus' di Jakarta
-
03 Laporan dari Hangzhou Kerennya Warung di China yang Serba Digital
-
04 FotoINET Gadis Remaja Menawan Ini Pikat Jutaan Netizen
-
05 Selamat! Ini Para Pemenang Hidden Quiz Smartfren
-
06 Strategi Indosat agar Jaringan Lancar Saat Ramadan dan Lebaran
-
07 Apple Siapkan iPhone Dual SIM, Harganya?
-
08 Kocak! Video Viral Bule Kesulitan Jongkok ala Orang Asia
-
09 26 April, Batas Facebook Indonesia Jelaskan Kebocoran Data
-
10 Keren! Toko Furniture Ini Punya Gerbang Kasir Otomatis
- SELENGKAPNYA
-
01 Tergiur iPhone X Murah di OLX, Karyawati ini Tertipu Belasan Juta
-
02 Pelanggan Kena Tipu Beli iPhone X, Ini Tanggapan OLX
-
03 BJ Habibie Lebih Dikagumi Ketimbang Jokowi
-
04 Grab Sindir Aplikasi Go-Jek Error
-
05 Inikah Inisial Android P?
-
06 Dikritik Soal Prosesor V9, Ini Tanggapan Vivo
-
07 Xiaomi: Redmi Note 5 Setara Samsung S9
-
08 Keluh Kesah Netizen Peserta UN yang Mengundang Tawa
-
09 Hasil Studi: Bitcoin Halal Sesuai Syariat Islam
-
10 5 Jam Dicecar DPR, Facebook Jadi Diblokir di Indonesia?
Jumat, 10 Nov 2017 12:32 WIB
Amplifive
Unik, Pemuda Ini Bikin Startup Buat Peternak Sapi

Jakarta - Berbekal pengalaman dari semasa bekerja sebagai konsultan Kementerian Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) untuk analisa kebijakan persapian di Indonesia, pemuda asal Surabaya ini tergugah membangun startup di sektor agrikultural, khususnya peternakan sapi.
Selama empat bulan bekerja di Kementerian Polhukam, dia menilai ketidakadilan pemerintah terhadap peternak-peternak sapi di Indonesia. Dikatakannya, pemerintah lebih fokus terhadap sapi impor ketimbang lokal.
"Pemerintah lebih banyak melakukan sapi impor sementara peternak rakyat cuma dikasih program pembibitan bukan dibimbing ataupun dikoneksikan," ujar Badrut Tamam Hikmawan Fauzi, pendiri startup Karapan kepada detikINET.
Berdasarkan data yang ia ketahui, ada sekitar 5 juta peternak sapi di Indonesia yang kurang pembinaan. Tamam, sapaan akrabnya, melihat potensi ini sebagai peluang bisnis di sektor persapian sekaligus menjadi salah satu cara mensejahterahkan para peternak sapi di Indonesia.
Setelah selesai bekerja di Kementerian Polhukam dan lulus kuliah tahun 2016 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ia pun memfokuskan diri dengan startup besutannya itu.
Agar lebih terarah, dia mencoba mengikuti program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Surabaya yang digelar Kibar dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dia pun sukses menorehkan prestasi hingga bisnisnya bisa masuk top 13.
Karapan bertujuan menghubungkan secara online para peternak sapi potong dengan rakyat agar bisa menjual ke pasar yang lebih tinggi seperti restaurant, retail hingga pasar swalayan.
Masalah Peternak Sapi
Awalnya, Tamam mencoba mencari tahu apa yang dibutuhkan para peternak sapi ini sampai menginap dua bulan lamanya di peternakan sapi di kawasan Tuban. Dikatannya, yang dibutuhkan mereka adalah penjualan.
Selain survei peternakan, Tamam pun mencoba berkeliling di tempat penjualan seperti retail dan rumah makan. Hasilnya, mereka tidak mau membeli daging dari para peternak dengan alasan kurang berkualitas dan higienis.
"Saya keliling market mereka banyak yang tidak mau karena banyak alasan seperti kualitas daging jelek hingga kurang bersih. Jadi tantangan saya adalah bagaimana retail ini mau membeli daging lokal," tambahnya
Diakui Tamam, ketika ia survei di rumah potong hewan, kebanyakan pedagang tidak memikirkan higienitas, cenderung hanya ingin langsung dipotong lalu dijual, bahkan masih banyak yang motong sendiri.
Padahal seharusnya, mereka memiliki sertifikat halal atau nomor legalitas (nomor Kontrol Veteriner) rumah potong hewan yang menandakan sudah layak uji potong.
Kini, Karapan sudah bekerjasama dengan satu koperasi di Surabaya, koperasi ini memiliki ratusan peternak sapi potong. Tamam pun berhasil menggaet perusahaan. Setidaknya, ada lima perusahaan yang menggunakan jasa Karapan dan pastinya membeli daging sapi lokal. Mereka menjamin daging yang dijual halal dan berkualitas.
"Peternak mitra kami sering cerita ke orang-orang yang berkunjung ke peternakan itu. Sampai akhirya bisa terhubung ke Bank Indonesia untuk kolaborasi bagaimana menstabilkan inflasi daging di Surabaya. Dari situ mulai gaet kolaborator lain seperti rumah potong hewan modern, pusat pelatihan peternakan dan akhirnya bisa jual ke retail market yang sebelumnya mereka tidak mau beli daging lokal," ujar pemuda kelahiran 9 Januari 1994 ini.
Cara Kerja Karapan
Sistem kerja Karapan tidak rumit. Ketika ada permintaan daging sapi, Karapan akan melanjutkannya ke koperasi peternakan untuk memilih sapi yang layak potong. Selanjutnya, sapi tersebut dibawa ke Rumah Potong Hewan modern. Setelah melewati proses pemotongan dan pelayanan 24 jam, daging divakum agar udara tidak masuk. Kemudian, daging baru dikirim ke retail dan perusahaan kuliner.
Sejak diluncurkan Mei 2017, Karapan diklaim Tamam memberikan keuntungan signifikan bagi para peternak sapi yang telah bergabung dengannya. Terlebih lagi, yang membeli daging sapi kebanyakan partai besar dari restaurant hingga retail market.
"Penjualan sapinya meningkat karena Karapan jual ke target market berbeda, dalam 4 bulan (Mei-Agustus), transaksi daging up to Rp 1 miliar. Kami juga bantu jual daging qurban kemarin, terjual ratusan, total hingga Rp 3 miliar lebih," tambahnya.
Dari sini, Karapan mengambil untung sekitar 1-5% tergantung jenis dagingnya. Dengan penjualan selama empat bulan, Karapan sudah bisa mengantongi untung puluhan juta.
Dengan bisnis startup yang dirintisnya ini, Tamam berharap jika Karapan bisa menjadi solusi bagi masyarakat, khususnya peternak sapi, dalam mewujudkan swasembada daging sapi.
Karapan juga menargetkan pada Desember ini bisa membuka pesanan daging untuk memenuhi pesanan partai kecil. Saat ini, sudah mulai banyak pesanan datang dari ibu rumah tangga atau rumah makan level kecil untuk memenuhi kebutuhan daging harian.
Peran besar dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan Amplifive sendiri diakui Tamam membuat Karapan menjadi lebih dikenal. Dampaknya, event semacam ini membuka jalan bagi Karapan untuk banyak berkolaborasi dengan pihak lainnya. (jsn/fyk)
Selama empat bulan bekerja di Kementerian Polhukam, dia menilai ketidakadilan pemerintah terhadap peternak-peternak sapi di Indonesia. Dikatakannya, pemerintah lebih fokus terhadap sapi impor ketimbang lokal.
"Pemerintah lebih banyak melakukan sapi impor sementara peternak rakyat cuma dikasih program pembibitan bukan dibimbing ataupun dikoneksikan," ujar Badrut Tamam Hikmawan Fauzi, pendiri startup Karapan kepada detikINET.
Berdasarkan data yang ia ketahui, ada sekitar 5 juta peternak sapi di Indonesia yang kurang pembinaan. Tamam, sapaan akrabnya, melihat potensi ini sebagai peluang bisnis di sektor persapian sekaligus menjadi salah satu cara mensejahterahkan para peternak sapi di Indonesia.
Setelah selesai bekerja di Kementerian Polhukam dan lulus kuliah tahun 2016 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ia pun memfokuskan diri dengan startup besutannya itu.
Agar lebih terarah, dia mencoba mengikuti program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Surabaya yang digelar Kibar dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dia pun sukses menorehkan prestasi hingga bisnisnya bisa masuk top 13.
Karapan bertujuan menghubungkan secara online para peternak sapi potong dengan rakyat agar bisa menjual ke pasar yang lebih tinggi seperti restaurant, retail hingga pasar swalayan.
Masalah Peternak Sapi
Awalnya, Tamam mencoba mencari tahu apa yang dibutuhkan para peternak sapi ini sampai menginap dua bulan lamanya di peternakan sapi di kawasan Tuban. Dikatannya, yang dibutuhkan mereka adalah penjualan.
Selain survei peternakan, Tamam pun mencoba berkeliling di tempat penjualan seperti retail dan rumah makan. Hasilnya, mereka tidak mau membeli daging dari para peternak dengan alasan kurang berkualitas dan higienis.
"Saya keliling market mereka banyak yang tidak mau karena banyak alasan seperti kualitas daging jelek hingga kurang bersih. Jadi tantangan saya adalah bagaimana retail ini mau membeli daging lokal," tambahnya
Diakui Tamam, ketika ia survei di rumah potong hewan, kebanyakan pedagang tidak memikirkan higienitas, cenderung hanya ingin langsung dipotong lalu dijual, bahkan masih banyak yang motong sendiri.
Padahal seharusnya, mereka memiliki sertifikat halal atau nomor legalitas (nomor Kontrol Veteriner) rumah potong hewan yang menandakan sudah layak uji potong.
Kini, Karapan sudah bekerjasama dengan satu koperasi di Surabaya, koperasi ini memiliki ratusan peternak sapi potong. Tamam pun berhasil menggaet perusahaan. Setidaknya, ada lima perusahaan yang menggunakan jasa Karapan dan pastinya membeli daging sapi lokal. Mereka menjamin daging yang dijual halal dan berkualitas.
"Peternak mitra kami sering cerita ke orang-orang yang berkunjung ke peternakan itu. Sampai akhirya bisa terhubung ke Bank Indonesia untuk kolaborasi bagaimana menstabilkan inflasi daging di Surabaya. Dari situ mulai gaet kolaborator lain seperti rumah potong hewan modern, pusat pelatihan peternakan dan akhirnya bisa jual ke retail market yang sebelumnya mereka tidak mau beli daging lokal," ujar pemuda kelahiran 9 Januari 1994 ini.
Cara Kerja Karapan
Sistem kerja Karapan tidak rumit. Ketika ada permintaan daging sapi, Karapan akan melanjutkannya ke koperasi peternakan untuk memilih sapi yang layak potong. Selanjutnya, sapi tersebut dibawa ke Rumah Potong Hewan modern. Setelah melewati proses pemotongan dan pelayanan 24 jam, daging divakum agar udara tidak masuk. Kemudian, daging baru dikirim ke retail dan perusahaan kuliner.
Sejak diluncurkan Mei 2017, Karapan diklaim Tamam memberikan keuntungan signifikan bagi para peternak sapi yang telah bergabung dengannya. Terlebih lagi, yang membeli daging sapi kebanyakan partai besar dari restaurant hingga retail market.
"Penjualan sapinya meningkat karena Karapan jual ke target market berbeda, dalam 4 bulan (Mei-Agustus), transaksi daging up to Rp 1 miliar. Kami juga bantu jual daging qurban kemarin, terjual ratusan, total hingga Rp 3 miliar lebih," tambahnya.
Dari sini, Karapan mengambil untung sekitar 1-5% tergantung jenis dagingnya. Dengan penjualan selama empat bulan, Karapan sudah bisa mengantongi untung puluhan juta.
![]() |
Dengan bisnis startup yang dirintisnya ini, Tamam berharap jika Karapan bisa menjadi solusi bagi masyarakat, khususnya peternak sapi, dalam mewujudkan swasembada daging sapi.
Karapan juga menargetkan pada Desember ini bisa membuka pesanan daging untuk memenuhi pesanan partai kecil. Saat ini, sudah mulai banyak pesanan datang dari ibu rumah tangga atau rumah makan level kecil untuk memenuhi kebutuhan daging harian.
Peran besar dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan Amplifive sendiri diakui Tamam membuat Karapan menjadi lebih dikenal. Dampaknya, event semacam ini membuka jalan bagi Karapan untuk banyak berkolaborasi dengan pihak lainnya. (jsn/fyk)
Berita Terkait
Baca Juga
News Feed
-
20Detik
Kerennya Aplikasi Buatan Alibaba di Restoran Bacang Ini
Kamis, 19 Apr 2018 16:52 WIBMemesan dan menyantap makanan di resotran yang dikembangkan Alibaba ini jadi lebih menyenangkan karena semua prosesnya sudah digital. Penasaran? -
Laporan dari Hangzhou
Kerennya Warung di China yang Serba Digital
Kamis, 19 Apr 2018 16:16 WIBSistem pembayaran non-tunai di China memang mengagumkan. Hal ini terlihat saat detikINET berkunjung ke warung yang sudah serba digital melayani pelanggan. -
Strategi Indosat agar Jaringan Lancar Saat Ramadan dan Lebaran
Kamis, 19 Apr 2018 16:04 WIBBulan Ramadan akan segera tiba. Saat itu, layanan telekomunikasi semakin sering digunakan pelanggan, terutama saat Lebaran. Begini antisipasi Indosat. -
FotoINET
Gemasnya JKT48 Perkenalkan Redmi Note 5
Kamis, 19 Apr 2018 15:53 WIBJKT48 turut memeriahkan peluncuran Redmi Note 5 di Indonesia. Mereka memamerkan ponsel teranyar Xiaomi dengan spesifikasi gahar ini. -
Awas, Jangan Sembarang Ngecas! Data Ponsel Bisa Dicuri
Kamis, 19 Apr 2018 15:42 WIBKementerian Kominfo mengatakan motif pencurian data melalui kabel data USB ini dinamakan dengan juice jacking. Apa itu juice jacking dan bagaimana solusinya? -
Selamat! Ini Para Pemenang Hidden Quiz Smartfren
Kamis, 19 Apr 2018 15:35 WIBAdakah di antara kalian yang sejak kemarin rajin mengikuti Hidden Quiz Smartfren di detikcom? Sekarang saatnya mengecek, adakah nama kalian? -
20Detik
Dengan Gerbang Otomatis di Kasir, Belanja Jadi Makin Simple
Kamis, 19 Apr 2018 14:53 WIBDi era digital ini inovasi selalu dibutuhkan demi mengikuti perkembangan teknologi. Hal inilah yang dilakukan toko furnitur Home Times di China. -
Google Street View Mulai Rekam 'Jalan Tikus' di Jakarta
Kamis, 19 Apr 2018 14:40 WIBDiperkirakan, layanan ini bisa diselesaikan kurang lebih seperti tampilan Street View untuk jalan-jalan utama yang memakan waktu dua tahun di Indonesia. -
Uni Eropa Berhasil Jinakkan Facebook
Kamis, 19 Apr 2018 14:11 WIBRaksasa jejaring sosial Facebook ternyata lebih menurut kepada regulator di Uni Eropa ketimbang kawasan lain dalam mengubah kebijakannya terhadap data user. -
26 April, Batas Facebook Indonesia Jelaskan Kebocoran Data
Kamis, 19 Apr 2018 13:52 WIBTak kunjung mendapat penjelasan dari Facebook, pemerintah kembali mengirim surat kepada Facebook terkait penyalahgunaan data pengguna Facebook di Indonesia.