Hal ini diungkapkan Ketua Umum idEA Aulia E. Marinto. Pasalnya, menjamurnya toko dan pelapak online tak lepas dari kehadiran toko offline itu sendiri. Disebutkan Aulia, toko online tidak akan tumbuh tanpa adanya toko konvensional.
Ditambah lagi, sejauh ini, belum ada sejarahnya kehadiran toko online bisa mematikan toko offline di negara manapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan menurutnya, besar-kecilnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia akan dipengaruhi pada kesiapan retail offline untuk memanfaatkan jalur online. Kesimpulan tersebut juga erat kaitannya dengan pertumbuhan e-commerce tier 2 yang makin meramaikan industri e-commerce di Indonesia.
Foto: detikINET/Yudhianto |
Jadi meski e-commerce tier 1 seperti Tokopedia, Bukalapak dan lainnya lebih sering terdengar, di ranah e-commerce Indonesia secara keseluruhan justru tier 2 yang lebih mendominasi. Menariknya, e-commerce tier 2 juga tak hanya didominasi oleh pulau Jawa, tapi tersebar di banyak kota di luar Jawa.
"Justru yang meramaikan e-commerce Indonesia itu tier 2, yang ada di medan, yang ada di Maluku, dan lain-lain. Malah ada toko online yang jualannya memang besar di luar jawa. Jadi jangan sangka toko online cuma didominasi pulau Jawa," jelas Aulia.
Namun ketika dikaitkan dengan UKM, Aulia mengatakan kebanyakan produk UKM yang dipasarkan secara online, tidak dilakukan oleh produsennya sendiri. Kebanyakan produk UKM yang ditawarkan di jalur online, dipercayakan lewat reseller.
Alasannya antara lain, karena tak sedikit UKM yang memang belum sepenuhnya paham pemanfaatan ranah online. Faktor lainnya, penjual tidak memiliki waktu untuk mengurusi jualan lewat jalur online karena terlalu fokus pada proses produksinya.
"Pemanfaatan online oleh UKM saat ini lebih banyak dilakukan oleh reseller. Sehingga akan lebih baik kalau ada mediator. Pemerintah mungkin bisa menyiapkannya," pungkasnya. (yud/rns)
Foto: detikINET/Yudhianto