Berita Hoax, Wabah yang Wajib Dicegah
Hide Ads

Berita Hoax, Wabah yang Wajib Dicegah

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 19 Des 2016 08:41 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Tidak semua informasi yang beredar di dunia maya bisa dipercaya. Bahkan belakangan terjadi tren yang belum juga surut, yaitu maraknya peredaran berita hoax. Parahnya, banyak orang yang percaya kemudian menyebarluaskan tanpa menelitinya terlebih dahulu.

Padahal berita hoax tersebut, selain biasanya provokatif atau bombastis, kemungkinan tidak asal dibuat. Biasanya ada beragam kepentingan di baliknya. Sebut saja motif ekonomi sampai untuk menjatuhkan sosok tertentu. Atau sebaliknya, mendukung sosok tertentu.

Sebut saja namanya Victor yang bermukim di Makedonia. Remaja yang berusia 16 tahun adalah editor sebuah situs berita hoax. Ia membuat berita palsu yang menguntungkan Donald Trump, karena menurutnya banyak yang mencari berita pro Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka kehausan mencari artikel-artikel seperti itu. Mereka ingin membaca berita baik soal Donald Trump," sebut Victor.

Victor berasal dari sebuah kota bernama Veles di Makedonia. Penelusuran dari media asal Inggris menyebutkan jika ada ratusan orang di kota itu yang mencari nafkah dengan membuat banyak website berisi berita palsu, terutama kaum muda.

Bisnis berita hoax ini ternyata besar keuntungannya, mungkin dari iklan dan sebagainya. Sebuah sumber menyatakan, ada yang sudah menghasilkan USD 200.000 atau lebih dari Rp 2 miliar hanya dengan menulis berita-berita hoax yang bertebaran di medsos.

Di Indonesia pun kurang lebih demikian yang terjadi. Beberapa situs hoax disinyalir dapat memperoleh pendapatan sampai ratusan juta dari 'bisnis' membuat berita palsu.

Seriusnya Masalah Berita Hoax

Betapa seriusnya masalah berita hoax bisa dilihat dari tindakan Facebook dan Google, dua raksasa teknologi yang memang memegang peranan penting dalam menangkalnya. CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg sampai kalang kabut karena tekanan publik.

"Kami tak ingin ada hoax di Facebook. Tujuan kami adalah menunjukkan konten yang paling berarti bagi orang-orang dan mereka ingin berita akurat. Kami telah memungkinkan komunitas kami menandai berita hoax atau palsu dan masih banyak yang bisa kami lakukan. Kami telah membuat kemajuan dan kami akan terus bekerja untuk meningkatkannya," kata Zuck.

Dia membeberkan beberapa langkah yang sedang dilakukan Facebook untuk menangkal wabah hoax. Misalnya upaya mendeteksi secara otomatis konten apa yang kira-kira akan diberi flag oleh user sebelum hal itu terjadi.

Facebook akan memudahkan user melapor konten palsu, bekerjasama dengan organisasi verifikasi pihak ketiga dan jurnalis untuk pengecekan cepat serta memberi label peringatan pada konten yang sudah ditandai. Facebook juga akan mencegah pembuat berita palsu mendapat keuntungan dari sistem iklan Facebook.

Country Director Google Indonesia Tony Keusgen mengaku bahwa pihaknya bekerja keras membersihkan situs abal-abal. Namun masalahnya, Google sendiri kewalahan mengontrol peredaran berita hoax dan berbagai situs tak jelas yang diupload ke internet.

"Kami sebisa mungkin berusaha menyajikan informasi paling dapat dipercaya di pencarian teratas. Namun ada banyak pihak yang bisa mengupload data, termasuk informasi palsu. Kami belum bisa mengontrol itu. Tapi kami berupaya merekomendasikan informasi paling terpercaya," ujarnya.

Nah, para pengguna media sosial sendiri diminta semakin bijak dalam memilah informasi, apalagi jika berasal dari sumber yang kurang begitu dikenal. Dengan pendekatan self-filtering, diimbau untuk menyaring informasi yang diterima lebih dulu sebelum mempostingnya.

Jika Anda ikut memajang informasi hoax atau hate speech di media sosial, itu berarti Anda ikut membantu menyebarkannya. Karena itu setiap pengguna media sosial diimbau agar "Think before posting", "Wise while online". (fyk/fyk)
Berita Terkait