Kontroversi Bigo Live dan Pengakuan Mantan Host Cantik
Hide Ads

Kontroversi Bigo Live dan Pengakuan Mantan Host Cantik

Fino Yurio Kristo, Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Jumat, 16 Des 2016 10:52 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Bigo Live belakangan jadi pusat perhatian karena menimbulkan kontroversi. Aplikasi streaming video populer yang banyak menampilkan host cantik itu tengah dicekal pemerintah karena tersandung masalah pornografi.

"Bigo diblokir karena masih mengandung konten nudity," demikian ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, saat berbincang dengan detikINET belum lama ini.

Alasan itulah yang membuat pemerintah memutuskan untuk menutup saluran Bigo Live dengan memerintahkan kepada seluruh penyedia jasa internet di Indonesia untuk memblokir Domain Name System (DNS) yang digunakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat, sejak beberapa pekan terakhir, ada 10 DNS yang digunakan untuk melayani Bigo, dan semuanya sudah dinotifikasi ke para penyedia jasa internet untuk diblokir.

Namun demikian, yang baru diblokir hanya sekadar nama domain saja, belum termasuk alamat IP. Sehingga, Bigo tetap masih bisa diakses meskipun agak lambat -- khususnya lewat aplikasi.

Aksi cekal yang dilakukan pemerintah Indonesia akhirnya membuat pemilik Bigo Live asal Singapura gerah. Mereka pun bergegas menyambangi kantor Kementerian Kominfo untuk menemui Menteri Rudiantara.

Dari pertemuan itu, Bigo Live berjanji akan segera menangani kasus ini dengan membuka kantor representatif di Indonesia. Tujuannya agar ke depan, tak ada lagi konten tak senonoh yang bisa dengan mudahnya lolos dari pengawasan mereka. Menteri Rudiantara pun menunggu realisasi dari janji itu.

Positif atau Negatif?

Bigo Live dan layanan streaming video lainnya bisa diibaratkan pisau bermata dua. Tergantung penggunanya, mau dimanfaatkan untuk hal positif atau negatif. Platform video streaming semacam ini padahal bisa sangat bermanfaat jika dimaksimalkan untuk menyebarkan konten positif.

Misalnya, anak muda yang memberikan tutorial tentang bagaimana caranya belajar gitar yang benar. Atau, bagaimana caranya memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ringan dengan peralatan sederhana.

Mungkin juga, host bisa memberikan tips tentang bagaimana cara menggunakan dongkrak ketika ban mobil kita kempes di jalan raya. Macam-macam hal positif yang bisa dijadikan contoh. Menyebarkan konten positif jelas lebih bermanfaat ketimbang sekadar buka-bukaan mengumbar aurat.

Memang tak dapat dipungkiri, citra Bigo Live belakangan cukup negatif. Namun belum tentu semua penggunanya melakukan hal yang aneh-aneh. Hal ini terungkap dari hasil penelusuran detikINET kepada beberapa mantan pengguna Bigo.

Beberapa mengaku pernah menjadi host Bigo, tapi keluar karena tak mau diidentikkan dengan hal-hal negatif di aplikasi tersebut. Salah satunya wanita dalam foto yang sempat dipajang di detikINET dalam ilustrasi berita mengenai Bigo sebelumnya, yaitu Bigo Live, Layanan Kontroversial yang Kena Cekal dan 'Buka-bukaan di Bigo Live Bisa Bikin Ketagihan'.

Demi menjaga kehormatan wanita tersebut dan memulihkan nama baiknya, detikINET pun meminta maaf langsung kepada pihak yang bersangkutan atas kesalahan dipajangnya foto tersebut tanpa persetujuannya, serta atas dampaknya yang kurang menyenangkan.

Sang mantan pengguna Bigo yang kami jaga kerahasiaan namanya ini, mengaku sudah lama tidak menjadi host di Bigo Live karena khawatir terkena citra buruk. Selama ia bekerja di Bigo, bisa dipastikan dia tak pernah melakukan tindakan tak senonoh.

Pengakuan Mantan Host Bigo Live

Berangkat dari situ, detikINET pun akhirnya coba mewawancarai mantan host Bigo lainnya. Saat ditemui, mantan host Bigo itu mengaku hanya bertahan sebentar di situs tersebut sebagai host resmi atau official. Awalnya dia mencoba melamar menjadi host Bigo karena ajakan teman-temannya.

"Awalnya ditawarin teman, karena teman saya kenal sama dengan orang yang merekrut, jadi coba saja. Ada seleksinya. Ditunjukin apa bakatnya, kalau bakat saya suka ngomong saja," terang salah satu mantan host Bigo yang juga tak mau diungkap identitasnya.

Dia tidak punya pikiran lain selain tergiur dengan iming-iming gaji yang cukup tinggi serta pekerjaan yang santai. Semula, ia tak mengira kalau konten Bigo kemudian banyak menjurus negatif. "Awalnya nyantai kan. Bisa kerja dari mana saja, bisa dari hape saja. Terus saya coba-coba," terangnya.

Baru dia menyadari bahwa semua user Bigo ternyata bisa melakukan siaran streaming. Dan sebagian nekat streaming dalam pose yang tidak pantas demi mengejar gift atau hadiah dari para viewers. Inilah yang membuatnya kecewa dan memutuskan keluar dari Bigo secepatnya begitu kontraknya selesai.

Ia pun mendukung jika Bigo diblokir sebelum ada ketegasan dari pengelolanya dalam melakukan filter konten tidak sopan. "Lebih banyak dampak negatifnya daripada positifnya," sesal sang host cantik dalam penuturannya.

Tergiur Pendapatan Tinggi

Iming-iming terbesar bergabung menjadi host Bigo barangkali adalah karena potensi pendapatan yang bisa diraup cukup tinggi. Tidak hanya gaji pokok, jika penampilan user disukai pemirsanya dan diberi hadiah, maka hadiah itu juga bisa diuangkan.

"Jadi gaji pokoknya dulu Rp 3,5 juta. Bisa lebih dari itu dapat tambahan uang dari reward-nya. Mereka ngincer dari gift-nya itu," tutur mantan pengguna lainnya yang juga ikutan jadi host di Bigo.

Seperti disebutkan, reward tersebut berasal dari pemirsa yang puas dengan tayangan yang dilihatnya. Inilah yang disinyalir membuat beberapa orang rela buka-bukaan dan menuruti keinginan pemirsa agar hadiah yang didapatnya semakin besar.

Mantan pengguna yang satu ini mengakui Bigo memang memberlakukan sistem blokir untuk konten tidak senonoh. Tapi menurutnya tidak dilakukan secara konsisten dan sering ada video negatif yang lolos karena banyaknya penggunanya.

Edukasi pada pengguna untuk tidak melakukan hal-hal negatif juga dirasa masih kurang. "Padahal kalau mau ada positifnya, kayak tayangan orang masak bisa kita tahu. Kita bisa ngeliat orang lain bisanya apa entar kita contoh. Tapi akhirnya jadi aneh-aneh. Mereka menyalahgunakan aplikasi ini," ujar salah seorang mantan pengguna Bigo lainnya.

Pikir Matang-matang

Bigo Live kini sudah diblokir. Pendiri sekaligus CEO Bigo Live David Li langsung menebar rayuan maut kepada Menkominfo Rudiantara agar layanannya yang diblokir --karena tersandung masalah pornografi-- kembali diizinkan beroperasi di Indonesia.

Tentu ada sejumlah syarat yang harus dilakukan. "Mereka akan buat perusahaan di Indonesia dan rekrut orang Indonesia untuk manage kontennya. Kita dukung untuk merealisasikannya dan kita tunggu rencana lebih rincinya," kata Rudiantara.

"Saat ini mereka (Bigo) juga sedang take down (menurunkan) konten-konten nudity yang sebelumnya bisa diakses dari Indonesia. Jika rencana di atas berjalan dan rencana atau metoda penapisan Bigo sudah dianggap memadai, maka Bigo dapat kita normalisasi," pungkas menteri.

Dalam posisinya sebelum dilakukan pemblokiran, para mantan pengguna Bigo ini sepakat, agar anak muda khususnya para wanita tidak tergiur untuk bergabung. Meski hanya menayangkan siaran baik-baik, citra negatif Bigo yang belum pulih dinilai akan merugikan.

"Awalnya buat mengisi waktu luang. Tapi kemudian kok hampir 80% bicara hal lebih konten nudity, sudah nggak benar, itu merusak citra yang benar. Meski orangnya benar sekalipun, pasti orang yang nggak kenal dan tahu Bigo, langsung jadi dikira negatif," kata salah satu pasangan dari mantan host Bigo tersebut.

"Kalau saran saya untuk yang pernah di Bigo karena teriming-imingi gaji, pikirkan lagi ke depannya itu merusak nama kalian atau tidak. Ok, mungkin kalian nggak ngelakuin hal tak senonoh, tapi kalau yang nggak tahu kalian, mereka mikirnya bisa macam-macam," sesalnya. (fyk/rou)