Penyelidikan ini terjadi setelah Aquila mengalami kerusakan saat mendarat pasca melakukan uji terbang. Kejadian tersebut membuat drone yang mempunyai bentang sayap setara dengan Boeing 737 ini diselidiki oleh National Transportaion Safety Board (NTSB).
Dalam pernyataannya, juru bicara NTSB tak menyebutkan kerusakan apa yang terjadi pada bodi drone tersebut. Mereka hanya menyebut kalau Aquila mengalami kerusakan yang substansial dan akan diselidiki selama dua bulan ke depan, demikian dikutip detikINET dari Cnet, Rabu (23/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami banyak belajar dari hasil uji terbang ini dan akan terus belajar dari pengujian lanjutan yang sudah kami rencanakan," ujar juru bicara Facebook.
Aquila didesain untuk bisa terbang terus menerus selama 90 hari, karena menggunakan tenaga dari sinar matahari. Drone ini adalah bagian dari proyek besar Facebook untuk menggenjot cakupan internet broadband di daerah-daerah terpencil, yang tak memerlukan infrastruktur tradisional.
Namun proyek ini bukan tanpa hambatan. September lalu satelit mereka gagal mengangkasa setelah roket SpaceX Falcon 9 yang membawanya meledak di Cape Canaveral, Florida. Padahal satelit tersebut akan menjadi tulang punggung proyek ini, karena didesain untuk menyebarkan akses internet di benua Afrika. (asj/asj)