Ballmer mengungkap kalau hubungannya dengan Bill terganggu karena kengototan Ballmer agar Microsoft berinvestasi besar di bisnis tablet dan smartphone. Bill rupanya tak setuju.
"Kupikir ada ketidaksepakatan yang fundamental tentang seberapa penting masuk ke bisnis hardware. Hal ini menjadi klimaks dalam hal apa yang harus dilakukan dalam bisnis ponsel," sebut Ballmer yang dikutip detikINET dari CNN Money, Senin (7/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan itu terbukti salah, pembelian Nokia gagal membangkitkan performa bisnis ponsel Microsoft. Bahkan Microsoft harus melakukan write down pada Nokia dengan kerugian USD 8,4 miliar dan merumahkan ribuan karyawan. Lisensi merek Nokia pun dikembalikan dan Microsoft tidak lagi serius berkecimpung di industri smartphone.
Pembelian Nokia itu, serta peluncuran tablet Surface tidak hanya ditentang oleh Bill, tapi juga dewan direksi Microsoft. Itulah yang membuat hubungan Bill dan Ballmer memburuk.
"Dia dan aku selalu berhubungan layaknya saudara di saat baik ataupun buruk. Namun pada akhirnya menjadi lebih sulit, terutama terkait perubahan strategi perusahaan," papar Ballmer.
"Microsoft adalah yang mengikat kami. Kami mulai sebagai teman, namun semuanya menjadi agak menjerat di Microsoft. Sejak aku pergi (dari Microsoft-red), kami agak jauh," tambahnya.
Ballmer dan Bill pertama kali bertemu saat mereka kuliah di Harvard pada tahun 1970-an. Ballmer mengisahkan mereka sering belajar dan menonton televisi bersama.
Bill lalu drop out untuk membesarkan Microsoft. Ballmer lalu bergabung sebagai karyawan Microsoft di tahun 1980 sebagai pekerja ke-30, lima tahun sesudah Bill mendirikan Microsoft bersama Paul Allen.
Sebelumnya sudah muncul kabar kalau keduanya sudah tak pernah berbicara satu sama lain. Namun Ballmer membantahnya meski mengakui hubungannya memang tak sebaik dulu. "Kami bertengkar beberapa kali. Hal-hal seperti itu memang terjadi," ujar Ballmer.
(fyk/rou)