"Kabar tersebut sama sekali tidak benar," ujar juru bicara Twitter dalam pernyataannya.
Kabar ini berawal dari hashtag #SaveTwitter yang beredar Kamis (11/8/2016) lalu, di mana ada sekitar 100 ribu kicauan yang menggunakan hashtag tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Twitter dikritisi karena dianggap tak punya taji dalam mengatasi penyalahgunaan layanannya itu untuk cyberbullying. Dan dianggap masih tak bisa membedakan antara kebebasan berekspresi dan memblokir penyebar kebencian (hate speech).
Bulan Juli lalu Twitter memblokir sejumlah akun penggunanya secara permanen karena dianggap melakukan pelecehan. Setelah itu Twitter pun berjanji akan meningkatkan usahanya untuk melawan para pelaku pelecehan di layanannya itu, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (12/8/2016). (asj/ash)