Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Mengubah Masalah Menjadi Bisnis Besar

Mengubah Masalah Menjadi Bisnis Besar


Adi Fida Rahman - detikInet

Foto: detikINET/Adi Fida Rahman
Jakarta - Beberapa pendapat mengatakan sebelum memulai berbisnis, ada baiknya mencari masalah terlebih dulu. Karena dari masalah itu nantinya dapat dijadikan sebagai bisnis. Apakah pendapat tersebut benar?

Vice President Go-Jek Alamanda Shantika secara tersirat menyetujui hal tersebut. Ia lantas menceritakan bagaimana awalnya Go-Jek bisa hadir ke tengah masyarakat.

Pada mulanya Go-Jek hadir guna memudahkan masyarakat dalam memesan ojek. Kala itu masih berbasis telepon. Sulitnya mengetahui posisi dan ketersediaan driver, membuat perusahaan besutan Nadiem Makarim itu pun membuat aplikasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami dulu harus menghubungi driver ojek jika ada pesanan. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Agar lebih cepat kami membuat aplikasi," ujar Alamanda saat mengisi sesi 1 kegiatan Ignation, Gerakan 1.000 Startup Digital yang berlangsung di Universitas Trisakti, Jakarta, Sabtu sore (30/7/2016).

Pendapat yang mirip juga diungkapkan oleh Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison. Dirinya dan William Tanuwijaya memiliki ide mendirikan Tokopedia karena melihat tidak adanya media jual beli yang mudah bagi penjual dan aman bagi pembeli.

"Kala itu tidak ada layanan e-commerce buatan dalam negeri di jajaran situs terpopuler di Indonesia. Berbeda dengan China maupun Korea," kata Leontinus.

Meski sudah menemukan masalah untuk dijadikan bisnis, bukan berarti setelah memulai bisnis kita tidak akan menemukan masalah, malah lebih banyak. Dan ini diingatkan betul oleh Leontinus kepada peserta agar tidak menjadi terlena.

Pria berkacamata ini mencatat ada 10 masalah yang pernah ia hadapi kala memulai Tokopedia. Pertama soal chicken and egg (dilema).

"Dulu saya dibriefing orang, kalo mau jadi raksasa harus connect ke bank. Begitu saya connect dengan bank, mereka butuh transaksi yang sangat tinggi sekali. Bingung jadinya," kata Leontinus.

Kedua membentuk tim. Di awal berdirinya Tokopedia, Leonydus mengaku sulit menemukan orang-orang yang akan direkrutnya. Padahal ia telah membuka stand khusus saat ada ajang jobs fair.

"Saya sudah pesan spot paling mahal, tapi tidak ada yang datang. Akhirnya saja rekrut aja leader officernya, sampai sekarang bertahan. Kini jadi Head of Costomer Care," kenang pria yang mengaku berbobot 99 Kg ini.

Masalah ketiga adalah bagaimana cara menghadapi perusahaan besar. Keempat, persoalan scalability teknologi dan operasional. Lalu ada masalah pendanaan serta menghadapi kondisi ketika perusahaan sudah berkembang.

"Manage 20 orang itu berbeda dengan 500 orang," kata alumnus Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.

Leontinus lanjut menuturkan masalah yang dihadapinya, mulai kampanye hitam, mencari bakat, hingga masalah ekternal. Tapi ia mengingatkan meski banyak masalah yang menanti, tidak perlu takut untuk merintis startup. Terlebih kini ada Gerakan National 1.000 Startup Digital ini.

"Andaikan dulu ada yang mengajari dan memandu, betapa happy-nya saya," pungkasnya.

(afr/fyk)
TAGS





Hide Ads