Seorang pria bersenjata mengeluarkan serentetan tembakan di sebuah klub malam khusus lesbian gay bisexual dan transgender (LGBT) pada Minggu, (12/6/2016) dini hari waktu setempat.
Setidaknya 50 orang tewas akibat serangan ini dan lebih dari 50 orang lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa ini dinilai sebagai insiden penembakan massal terparah dalam catatan sejarah AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa ini menarik perhatian netizen dan membuat hashtag #PrayforOrlando menjadi trending topic percakapan di Facebook dan Twitter sepanjang hari. CEO Facebook Mark Zuckerbeg sendiri menyampaikan rasa belasungkawa melalui akun Facebook pribadinya.
"Bangun di pagi hari ini, perasaan ngeri menyergap setelah mendengar peristiwa penembakan di Orlando. Duka mendalam saya dan doa teriring untuk korban, keluarga yang ditinggalkan, serta komunitas LGBT," sebut Zuck.
Safety Check yang pertama kali diperkenalkan pada Oktober 2014, memungkinkan pengguna yang berada dalam situasi bahaya memberitahukan bahwa mereka baik-baik saja. Fitur ini juga memungkinkan pencarian bagi orang-orang yang mungkin terkena dampak di area krisis tersebut.
Tahun lalu, Facebook berjanji akan lebih sering menyalakan Safety Check dalam kondisi bahaya. Langkah ini adalah respons Facebook atas kritikan yang menilai raksasa jejaring sosial tersebut pilih-pilih.
Saat itu, Facebook mengaktifkan Safety Check ketika terjadi serangan ISIS di Paris, namun sehari sebelumnya, peristiwa bom yang menewaskan 43 orang di Beirut luput dari perhatian Facebook. (rns/ash)