Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Kolom Telematika (2)
Akankah Financial Tech Menggeser Perbankan Konvensional?
Kolom Telematika (2)

Akankah Financial Tech Menggeser Perbankan Konvensional?


Penulis: Dimitri Mahayana - detikInet

Dimitri Mahayana (Foto: dok. pribadi)
Jakarta - Pada bagian sebelumnya, kita telah bahas bagaimana dinamika industri financial technology (fintech) dan perbankan konvensional secara global dan nasional. Selanjutnya, kita akan membahas akan seperti apakah peta di lapangan dalam persinggungan keduanya.

Dalam hemat penulis, kita bisa awali dengan sebuah premis. Bahwa mau tidak mau, Anda suka ataupun tidak, industri finansial secara umum di belahan dunia manapun akan bergeser ke arah less physical dan more digital.

Ini ditandai turunnya jumlah cabang bank di beberapa negara di dunia, dan layanan ATM yang mulai memasuki fase saturasi.

Situasi ini diperkuat dengan layanan berbasis daring bank konvensional dan atau layanan fintech yang terus berkembang pesat di dunia dengan laju pertumbuhan mencengangkan. Sekalipun proporsi pasarnya masih kecil, namun ini soal waktu semata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fintech, sebagaimana bisnis e-commerce yang juga pangsa eksistingnya belum dominan tapi tumbuh pesat, terbukti menembus aneka sekat (bahkan batas-batas antar negara) dengan demikian mudah, sehingga layanan tiada jarak lagi. More personal, more digital.

Sehingga demikian, pada dasarnya, industri finansial harus bersiap menghadapi turbulensi bahkan goncangan perubahan besar yang dibawakan gelombang pergeseran ke industri finansial online, termasuk fintech yang faktanya sudah mulai beroperasi di negara kita.

Pada titik ini, sebagaimana sudah terjadi pada layanan finansial dari operator seluler Indonesia, tidak akan ada yang tergerus selama kedua pihak saling terbuka -- bukan saling resisten sehingga terjadi friksi seperti pada bisnis transportasi online.

Kekhawatiran bahwa pendatang baru adalah monster yang menelan, sebaiknya disingkirkan. Pun sebaliknya, mereka yang baru dan update menilai saudara tuanya yang tua dan lamban, juga tidak boleh serta merta ditanam dalam benak apalagi sikap.

Baik industri finansial konvesional maupun daring, keduanya saling membutuhkan. Bank membutuhkan fintech khususnya dalam hal kemampuan penguasaan emerging technology yang lebih unggul dan kekinian.

Sementara fintech membutuhkan pengalaman-pengalaman bank dalam hal macam-macam layanan finansial, manajemen risiko, dan keselarasan aturan. Detailnya, perbankan perlu belajar fintech dari sisi legacy software/system, data integration, improve current products, user experience, pengembangan bisnis dan inovasi, serta teknologi dalam pengembangan aplikasi.

Sebaliknya secara rinci, fintech perlu belajar dari perbankan dalam hal: leadership experience, sistem regulasi, menjaga reputasi, customer base, risk management experience, serta deep financial pockets.

Di sisi lain, titik persamaan lain yang saling menguatkan keduanya adalah bahwa tren e-commerce, merupakan sumbu yang baik bagi kedua jenis layanan. Baik fintech maupun bank konvensional memiliki pangsa dan peluang sama besarnya dari perdagangan daring tersebut.

Keduanya harus mau duduk sama rendah, bersinergi seperti terjadi di negara maju dilakukan Ping An & Lufax, EverBank & Klarna, Barclays Bank & Safello, Alibaba+Ant Financial & Alipay, Ebay & Paypal, serta Metro Bank & Zopa.

Secara regulasi, sebelum fintech kian besar, dan termasuk perbankan reguler bisa tertinggal jauh, maka regulator (dalam hal ini Bank Indonesia dan Kementerian Komunikasi Informatika) harus siap mengembangkan dan melaksanakan regulasi yang fair.

Keduanya juga harus mampu menciptakan harmoni kepada dua sisi wajah baru dunia industri finansial di Indonesia ke depan. Akhir kata, kita tidak mungkin tertutup pada keterbaruan, juga tidak mungkin meninggalkan legacy yang baik. Padukan keduanya demi Indonesia lebih baik!

Selesai.

Bagian pertama: Akankah Financial Tech Menggeser Perbankan Konvensional?

*) Penulis, Dr. Dimitri Mahayana adalah Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Bandung. Bisa dihubungi melalui dmahayana@sharingvision.com. (ash/ash)
TAGS







Hide Ads