"Perusahaan berusia 4 tahun ini hampir saja kehabisan uang tepat sebelum Alibaba menggelontorkan investasi besar. Lazada banyak disebut Amazon atau Alibaba di Asia Tenggara. Mungkin memang Lazada pemain e-commerce terbesar di kawasan ini dalam hal ukuran, namun di baliknya perusahaan ini jauh dari kesehatan finansial," tulis Jon Russel dari media TechCrunch.
Dalam sembilan bulan pertama tahun 2015 lalu, Lazada membukukan penjualan USD 191 juta. Sayangnya, kerugian mereka USD 233 juta di periode itu, terutama karena ongkos menumbuhkan user, insentif pada merchant dan biaya marketing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untunglah kemudian datang Alibaba. Retail online terbesar di China ini mengutarakan ketertarikannya menanamkan uang ke Lazada di awal tahun ini.Β Dan akhirnya mereka benar benar mengucurkan uang senilai USD 1 miliar dan menjadi pemegang saham mayoritas Lazada.
Rocket Internet sendiri ketiban untung karena mereka mendirikan Lazada dengan investasi USD 18 juta. Kemudian mereka menjual 9,1% saham ke Alibaba senilai USD 137 juta. Dan Rocket Internet masih memegang 8,8% saham di Lazada.
Investor lain sepertinya kurang seberuntung Rocket Internet. Mereka kabarnya hanya mendapat sedikit keuntungan dari penjualan saham ke Alibaba. Tapi yang pasti mereka semua telah sepakat menjual sahamnya ke Alibaba.
Alibaba, dengan dananya yang besar serta teknologi dan sumber daya memadai mungkin saja bakal membuat Lazada lebih bertaring. Dan bagi Lazada, bernaung di bawah Alibaba membuat mereka tidak begitu lagi khawatir kehabisan uang.
(fyk/ash)