Keyakinan tersebut bukan tanpa sebab. Pasalnya mereka telah belajar banyak dari Filipina yang telah disambanginya sejak April 2014 silam.
"Indonesia dan Filipina punya kesamaan. Jadi kami yakin akan meraih kesuksesan yang sama," ujar Managing Director Spotify Asia Sunita Kaur saat berbincang dengan detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bila di Amerika kami menerapkan tarif USD 9,99 (Rp 132 ribu) untuk layanan premium. Di Filipina jauh lebih murah, sekitar USD 3 (Rp 39 ribu)," ungkap Sunita.
Tarif tersebut memang jauh lebih murah ketimbang Singapura di mana tarifnya SGD 9,99 (Rp 98 ribu). Bahkan lebih terjangkau dibanding Malaysia yang dipatok 14,9 ringgit (Rp 50 ribu).
Karena faktor kemiripan itulah membuat perusahaan asal Swedia itu melakukan strategi yang sama. Menghadirkan konten musik lokal yang lengkap serta harga yang kompetitif.
"Katalog kami lengkap, dari lagu tempo dulu hingga yang hits sekarang. Dari musik indie sampai dangdut pun ada," klaim wanita berdarah India ini.
Seperti diketahui, terhitung Rabu (30/3/2016), layanan Spotify mulai tersedia di Indonesia. Menawarkan koleksi 30 juta lagu secara gratis.
Namun bila pengguna ingin terbebas dari iklan dan mendapat fitur lengkap tersedia layanan premium. Perusahaan yang dipimpin Daniel Ek itu mengenakan tarif Rp 49.990 perbulan.
Mengingat penetrasi kartu kredit di Indonesia masih sedikit. Spotify menghadirkan metode pembayaran melalui transfer bank dan voucher yang dijual di toko waralaba seperti Alfamart. (afr/rou)











































