Pertemuan antara Obama dengan ketiga CEO ekonomi digital itu berlangsung pada Sesi II Reatreat I ASEAN-US Summit, yang dilaksanakan di Interactive Gallery, Sunnylands Center & Gardens, California, Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut hadir dalam pertemuan itu mengatakan bahwa ketiga CEO tersebut memberikan pandangan terhadap isu inovasi dan entrepreneurship.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, dalam pandangan ketiga CEO tersebut, ditekankan arti penting kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam bentuk Public Private Partnership (PPP). Selain itu, para CEO memandang penting regulatory environment.
Terhadap apa yang disampaikan oleh ketiga CEO itu, Presiden Obama secara khusus memberikan pandangan yang diambil dari pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa teknologi harus dapat memberdayakan UMKM dan dapat mempersempit gap pembangunan.
"Intinya, teknologi harus bermanfaat bagi rakyat. Tentunya agar teknologi bermanfaat bagi rakyat maka masalah pendidikan sangat penting artinya," kata Obama seperti dilaporkan Menlu Retno, Selasa (16/2/2016).
![]() |
Sementara pada Sesi Retreat I, Jokowi sempat berpendapat bahwa teknologi dan ekonomi digital adalah keniscayaan di era digitalisasi. Setiap pemerintah, menurutnya, harus memastikan bahwa era ini membawa manfaat bagi rakyat, khususnya UMKM.
"UMKM harus mendapat akses terhadap teknologi dan ekonomi digital," lanjut Presiden Jokowi. Indonesia, menurutnya, memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai digital ekonomi terbesar pada tahun 2020.
Oleh karenanya, Indonesia sangat mendukung kerjasama ASEAN-AS di bidang teknologi informatika, khususnya pemanfaatan ekonomi digital untuk umum. "Saya percaya kerja sama ini dapat mempersempit gap pembangunan di antara negara ASEAN", ucap Jokowi.
Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar di bidang ekonomi digital. Pada tahun 2014, tercatat transaksi e-commerce Indonesia mencapai USD 12 miliar. Ini berarti Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari 2013 yang berada pada posisi USD 8 miliar. Diprediksi, di 2016 ini jumlahnya mencapai USD 24,6 miliar.
Hal itu memungkinkan karena Indonesia memiliki aset untuk mendongkrak industri digital. Antara lain jumlah kelas menengah yang terus meningkat, akses yang lebih besar terhadap teknologi, termasuk smartphone serta populasi pemuda yang sangat progresif. Ratusan startup tumbuh dalam beberapa tahun terakhir dan terus berkembang.
![]() |
Sementara menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Indonesia juga telah meluncurkan program nasional untuk mengembangkan ekonomi digital berupa roadmap e-commerce yang merupakan hasil kolaborasi delapan kementerian.
Melalui program roadmap e-commerce ini, pemerintah Indonesia menargetkan bisa menghasilkan industri perdagangan jual beli secara online dengan nilai bisnis USD 130 miliar di tahun 2020 mendatang.
Sebagai bagian dari visi itu, pemerintah juga berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem yang bisa menciptakan seribu teknopreneur atau wirausahawan digital dengan total valuasi USD 10 miliar.
"Ini adalah langkah langkah besar untuk mendorong inovasi teknologi sehingga bermanfaat bagi rakyat," demikian seperti dilaporkan Tim Komunikasi Presiden Jokowi, Ari Dwipayana. (rou/asj)













































