Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Infografis
Kegaduhan Netizen 2015: Tarif Data Sampai #PapaMintaSaham
Infografis

Kegaduhan Netizen 2015: Tarif Data Sampai #PapaMintaSaham


Rachmatunnisa - detikInet

(Change.org)

Jakarta - Demokrasi digital di Indonesia boleh dikatakan berkembang sangat baik. Memanfaatkan media sosial dan petisi online, jutaan orang menyampaikan suara mereka dan banyak di antaranya yang berhasil mengubah kebijakan.

Platform petisi Change.org Indonesia mencatat, 2015 adalah tahun yang 'gaduh'. Netizen menyoroti dengan tajam berbagai permasalahan yang menghebohkan mulai dari kegaduhan soal korupsi, asap, diskriminasi, dan lain-lain.

"Memang tahun 2015 bisa dilihat sebagai tahun yang penuh masalah. Tapi bisa juga kita lihat sebagai tahun di mana masyarakat Indonesia mengawal terus negara, bersuara lantang untuk berpartisipasi dalam perubahan," tulis Change.org Indonesia seperti dikutip detikINET dari website resminya, Selasa (29/12/2015).

Change.org Indonesia mencatat, setidaknya ada enam kemenangan netizen yang digerakkan melalui media sosial dan petisi online.

1. Pilkada Langsung

Kemenangan besar pertama yakni petisi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung pada awal 2015. Petisi ini dibuat menyusul keputusan DPR yang menyatakan kepala daerah tidak lagi dipilih oleh rakyat secara langsung, melainkan dipilih olah DPRD masing-masing daerah.

Ini membuat masyarakat luas geram. Lebih dari seratus ribu netizen mendukung pengembalian Pilkada langsung. Setelah banyak liputan media, aksi turun ke jalan dan upaya lainnya, Pilkada langsung kembali ke rakyat.

2. Jaminan Hari Tua

Petisi online kedua yang berhasil meraih kemenangan adalah masalah Jaminan Hari Tua (JHT). Petisi bermula dari netizen bernama Gilang Mahardika yang tak bisa mengambil pensiun saat berhenti bekerja karena kebijakan tersebut.

Dalam beberapa hari, petisi Gilang didukung lebih dari 111 ribu orang dan langsung direspons beberapa kali oleh Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri sehingga kebijakan pun berubah.

3. #RIPYongki

Petisi terhadap penjualan gading gajah yang digagas seorang dokter hewan bernama Wisnu Wardana juga jadi petisi yang berpengaruh besar. Petisi muncul setelah peristiwa dibunuhnya gajah bernama Yongki.

Petisi ini mengkampanyekan pentingnya melindungi gajah, dan menghentikan penjualan gading gajah secara online. Setelah mencapai hampir 30 ribu pendukung, toko-toko online menanggapinya dan menghentikan penjualan gading di situs mereka.

4. Tarif Data di Timur

Kecewa tarif data internet di wilayah Timur berkali lipat dibandingkan wilayah Barat, pemuda asal Maluku Djali Gaffur memulai petisi. Usahanya tak sia-sia, karena petisi yang dibuatnya menciptakan dampak. Didukung 16 ribu orang, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menanggapinya dan memanggil provider telekomunikasi. Tarif data pun diturunkan perlahan sesuai zona.

5. Akses Obat Hepatitis C

Petisi selanjutnya mengenai akses obat hepatitis C ke Indonesia oleh seorang ibu bernama Ayu Oktariani. Ini adalah petisi kedua yang dibuat Ayu. Tahun lalu, Ayu berhasil membuat obat Hepatitis C ditanggung JKS.

Tahun ini, dia membuat petisi baru yang dampaknya dirasakan banyak orang. Didukung ribuan orang, petisi kedua Ayu berhasil membuat Kementerian Kesehatan mau mendatangkan obat Hepatitis C berefek rendah ke Indonesia.

6. #PapaMintaSaham

Skandal 'Papa Minta Saham' tak luput dari perhatian netizen. Seorang dosen komunikasi bernama A. Setiawan Abadi membuat petisi agar Setya Novanto yang diduga mencatut nama Presiden Joko Widodo dipecat dari jabatannya sebagai Ketua DPR.

Petisi tersebut meraih 90 ribu tanda tangan netizen. Meski tak secara langsung membuat Novanto akhirnya lengser dari kursi Ketua DPR, petisi tersebut memperlihatkan sikap kritis rakyat atas kasus Novanto.

Β 

(rns/ash)







Hide Ads