Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Tudingan Bermuka Dua dari Kedermawanan Gates & Zuckerberg

Tudingan Bermuka Dua dari Kedermawanan Gates & Zuckerberg


Fino Yurio Kristo - detikInet

Zuck & Gates (ist)
Jakarta -

Mark Zuckerberg berjanji menyumbangkan 99% saham Facebook untuk kemanusiaan yang diapresiasi banyak pihak. Namun tidak semua melayangkan pujian pada Zuck, bahkan ada yang keras menudingnya munafik.

β€˜The tax-avoiding Facebook mogul and an act of charity that reeks of hypocrisyβ€˜ begitu judul kolom di media terkemuka Inggris Daily Mail yang ditulis Ian Birrell. Dia memang turut memuji inisiatif Zuck itu meski menilai sang miliarder bermuka dua.

"Zuckerberg berbicara di suratnya soal menciptakan komunitas yang lebih kuat. Tapi Facebook, seperti banyak perusahaan teknologi lain, adalah penghindar pajak yang terus menerus, merendahkan pemerintah karena menolak dengan keras kepala untuk membayar bagian yang pantas pada masyarakat," tulis Ian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun lalu, media sosial raksasa ini hanya bayar 4.327 poundsterling pajak perusahaan di Inggris, lebih rendah dibanding pajak tahunan karyawan biasa. Di sisi lain, karyawannya di Inggris meraup rata-rata 210 ribu poundsterling dari gaji dan bonus," paparnya. Padahal karyawan ini menikmati fasilitas umum yang bagus di Inggris dari hasil pembayaran pajak masyarakat.

Memang selama ini, raksasa teknologi seperti Facebook, Microsoft atau Google dicurigai secara sistematis menghindari pajak besar. Bill Gates yang jadi panutan Zuck tak luput dari serangan Ian karena Microsoft yang didirikannya juga punya kebiasaan tersebut.

"Gates menjadi kaya dari sebuah perusahaan yang bahkan pernah dijadikan studi di Senat AS karena penghindaran pajak. Microsoft dulu dituduh menghindari pajak USD 3 miliar per tahun. Di Inggris, mereka melaporkan pendapatan USD 1,7 miliar tapi tak membayar pajak perusahaan," tulisnya lagi.

Dalam beberapa kesempatan, Gates menyebut nama konglomerat masa lalu seperti John D. Rockefeller yang banyak menyumbang sebagai inspirasinya. "Rockefeller adalah monopolis kejam, yang menjadi orang terkaya dunia dengan taktik kontroversial seperti kolusi untuk menghancurkan rivalnya dan kemudian menyumbang USD 500 juta untuk tujuan baik," jelas Ian.

Menurut Ian, mereka adalah kapitalis yang melakukan apa saja agar kaya dan kemudian meningkatkan citranya di hadapan publik antara lain dengan menyumbang. "Seperti halnya pendahulu mereka di abad 19, mereka menggunakan kekayaannya untuk memenangkan persetujuan publik sebagai dermawan,"

Memang mereka ini adalah visioner teknologi dengan ide brilian dan sumbangan mereka, apapun alasannya, banyak yang memujinya. "Orang orang kaya yang 1% ini mungkin berkontribusi lebih banyak untuk membuat dunia lebih baik dibanding 99% sisanya," kata pakar finansial, Foster Friess.

Tapi Ian menilai tak perlu memuja mereka berlebihan. "Kita berharap uang itu digunakan dengan baik untuk mentransformasi kehidupan. Namun di saat yang sama, jangan terkecoh oleh promosi besar mereka sebagai dermawan," pungkasnya.

(fyk/ash)





Hide Ads