Banyak aplikasi bagus buatan developer lokal. Namun pertanyaan klise yang kerap disodorkan adalah, bagaimana cara memonetisasi alias mendapatkan pemasukan dari aplikasi yang dibuat?
Kondisi ini pun ditangkap sebagai peluang oleh Baidu dengan merilis DU Ad Platform (DAP). Ini adalah advertising platform yang dikembangkan untuk membantu para pengembang aplikasi mobile di Indonesia dalam melakukan monetisasi melalui iklan pada aplikasi mereka.
Peluncurkan DAP merupakan rangkaian dari Program 'Grow Local, Go Global!' yang sebelumnya telah diluncurkan oleh Baidu Indonesia di Jakarta, pada 23 September 2015 lalu, untuk mengembangkan industri kreatif digital di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DAP diklaim takkan memberatkan aplikasi karena berukuran kecil, cuma 171 KB, dan data trafik bandwidth yang rendah untuk advertising.
"DU Ad Platform ini adalah SDK advertising untuk para developer mobile. Karena SDK ini saat ini hanya bisa diimplementasikan di sistem operasi Android, sehingga target developer Baidu adalah pengembang aplikasi mobile Android," kata Bob -- sapaan Bao Jianlei.
Baidu sadar untuk memonetisasi berdasarkan iklan harus menjaga keseimbangan antara monetisasi dan kenyamanan experience di sisi user. Di platform ini Baidu memiliki beberapa style advertising yang bisa diterapkan.
Salah satunya adalah native advertising, dimana bentuk advertising-nya seolah-olah berupa konten tambahan atau rekomendasi yang menyatu dengan aplikasinya, sehingga meminimalisir dampak minor terhadap user experience.
"Baidu berharap DAP dapat menjadi solusi yang efektif bagi para pengembang aplikasi lokal yang ingin meningkatkan pendapatan mereka melalui iklan. Melalui teknologi ini, selain ingin membantu dan merangkul lebih banyak pengembang aplikasi sebagai mitra, kami juga ingin melihat lebih banyak lagi pengembang aplikasi lokal yang dapat menjangkau target penggunanya di luar Indonesia," papar Bob.
Terlebih, tren industri mobile ads di Indonesia diyakini memiliki potensi sangat besar. Hal itu bisa dilihat dari data Baidu yang menyebut bahwa CAGR (Compound Annual Growth Rate) dari iklan digital di Indonesia lebih tinggi dari China, Korea Selatan dan India. CAGR sendiri adalah salah satu besaran yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan investasi dan bisnis.
Grow Local, Go Global
Program 'Grow Local, Go Global!' sendiri punya dua agenda kerja. Pertama, 'Grow Local' bertujuan untuk mengembangkan industri digital Tanah Air serta mendukung startup dan para pengembang aplikasi lokal. Kedua, 'Go Global', bertujuan untuk membuka akses bagi produk digital Indonesia memasuki pasar global, khususnya pasar Tiongkok.
Sadar sebagai pemain asing yang datang ke Indonesia, Baidu mengaku tak cuma mau berbisnis di sini. Melainkan juga membuka kesempatan yang sama bagi para pemain lokal untuk menembus pasar Tiongkok, negeri asal Baidu. Salah satu caranya adalah dengan mempromosikan sektor pariwisata Indonesia untuk menarik minat wisatawan Tiongkok datang ke Indonesia.
βDalam upaya pengembangan industri digital, kami memahami ada beberapa kendala dasar yang dihadapi oleh startup dan para pengembang aplikasi di banyak negara, termasuk Indonesia. Beberapa kendala itu, seperti akses pendanaan, pengadaan infrastruktur, keterbatasan teknologi, serta ketiadaan riset pasar," jelas Bob.
"Melalui sumber daya yang dimiliki oleh Baidu, kami ingin mengurangi hambatan-hambatan tersebut. Akses menuju pasar di luar Indonesia menjadi salah satu yang menarik perhatian kami, terutama karena kami melihat betapa sedikitnya aplikasi asal Indonesia yang mampu menembus pasar global,β tambahnya.
Pada tahun pertama pelaksanaan program ini, Baidu mengharapkan dapat menyaring sedikitnya 15 startup lokal untuk mendapatkan dukungan penuh dari Baidu Indonesia dan membuka akses bagi 75 aplikasi lokal menuju pasar Tiongkok. Sementara di sektor pariwisata, Baidu menargetkan dapat memberikan kontribusi sebesar 18% atau sebanyak 600.000 dari total wisatawan Tiongkok yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2016, dan sebanyak 50% atau sebanyak 5,3 juta wisatawan Tiongkok pada tahun 2019.
(ash/fyk)