Teknologi 'Back to the Future' yang Jadi Kenyataan
Hide Ads

Teknologi 'Back to the Future' yang Jadi Kenyataan

Yudhianto - detikInet
Kamis, 22 Okt 2015 16:05 WIB
ilustrasi (ist)
Jakarta -

Masih ingat film futuristik di tahun 80-an bertajuk Back to the Future? Pembuat film ini sukses menggambarkan apa-apa saja teknologi yang bakal ada di masa depan. Siapa sangka ternyata teknologi yang tadinya cuma khayalan di film tersebut benar-benar hadir saat ini.

Tapi memang tidak serta-merta sama persis, pun demikian tetap saja mengarah ke tujuan yang sama. Yang paling mencolok di film Back to the Future adalah mobil terbang yang dipakai oleh Doc, salah satu karakter utama di film tersebut.

Mobil terbang atau pesawat berbentuk mobil?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski saat ini sudah ada beberapa prototipe mobil terbang, mewujudkan mobil terbang ala Back to the Future masih jauh dari kenyataan. Karena mobil terbang yang ada di film Back to the Future mampu terbang secara vertikal menggunakan jet.

 

ilustrasi (ist)

 

ilustrasi (ist)

 

Sedangkan prototipe mobil terbang saat ini sejatinya adalah sebuah pesawat terbang mini yang didesain seperti mobil. Sehingga ketika ingin melakukan take-off tetap dibutuhkan landasan. Tapi tetap saja teknologi mobil terbang saat ini bisa menjadi cikal-bakal mobil terbang ala Back to the Future.

Hoverboard

Ada satu adegan di sekuel Back to the Future ketika pemeran utamanya yang bernama Marty McFly memainkan skateboard yang bisa melayang di udara. Dinamai Hoverboard, papan luncur melayang ini seakan bisa melawan tarikan gravitasi yang mmbuatnya bisa mengambang.

 

ilustrasi (ist)

 

ilustrasi (ist)

 

Bagaimana sekarang? Hoverboard sejatinya benar-benar ingin diwujudkan sama seperti yang ada di film Back to the Future, namun di pengembangan saat ini melayangnya baru hitungan millimeter. Jadi tak seperti di film yang terlihat benar-benar melayang.

Desainnya juga tak sesimpel di film, Hoverboard saat ini bentuknya masih kelihatan besar dan padat.

Hologram 3D

Kalau ingat di sekuel kedua film Back to the Future ada waktu ketika Marty seakan ingin ditelan oleh seekor hiu raksasa. Ternyata hiu tersebut hanyalah citra hologram 3D sebuah papan iklan yang terpasang di atas gedung.

 

ilustrasi (ist)

 

ilustrasi (ist)

 

Efek 3D saat ini memang berkembang cukup cepat tapi teknologi yang ada saat ini belum benar-benar bisa membuat tampilan hologram 3D seperti yang ada di film Back to the Future. Efek 3D yang paling mudah untuk dirasakan saat ini adalah dengan menonton film 3D, itu pun penontonnya masih harus mengenakan kacamata khusus untuk bisa merasakan efek 3D-nya.

Drone

Di salah satu adegan Back to the Future, ada seekor anjing peliharaan yang diajak jalan-jalan oleh sebuah drone yang dikendalikan oleh pemilik si anjing. Untuk yang satu ini tebakannya bisa dibilang sangat tepat karena sekarang drone memang tengah menanjak.

 

ilustrasi (ist)

 

ilustrasi (ist)

 

Bentuk drone yang ada sekarang pun sedikit-banyak sama dengan drone yang populer saat ini. Termasuk juga kehadiran kamera resolusi tinggi yang kalau sekarang sering dipakai untuk merekam pemandangan suatu daerah dari ketinggian.

Kacamata Pintar

Di garasi sekaligus laboratorium Doc, Marty menjajal sebuah kacamata yang bisa merefleksikan gambar melalui kacanya. Perangkat khayalan di Back to the Future itu pun kini sudah terwujud meski belum dijual secara masal.

 

ilustrasi (ist)

 

ilustrasi (ist)

 

Ya, perangkat yang dimaksud adalah Google Glass. Kacamata pintar besutan Google ini punya fungsi layaknya smartphone. Pengguna bisa mengakses internet, email, chatting, video call dan lain-lain yang direfleksikan di lensa kacamatanya.

Belanja dengan Sidik Jari

Meski Apple menjadi yang pertama mempopulerkan belanja dengan sidik jari melalui iPhone, ide ini sebenarnya telah lebih dulu digambarkan di film Back to the Future. Bedanya di film tersebut mekanismenya lebih canggih lagi karena konsumen tinggal langsung memindai jarinya ketika ingin membayar sesuatu.

 

ilustrasi (ist)

 

Kini penggunaan sidik jari juga kian umum, banyak ponsel-ponsel baru yang menjadikan pemindai sidik jari sebagai fitur standar. Lebih jauhnya lagi, fitur sidik jari di ponsel sekarang juga mulai dimanfaatkan oleh berbagai layanan pembayaran sebagai alat verifikasi.

 

ilustrasi (ist)

 

Apple Pay dan Samsung Pay adalah contohnya, pengguna cukup mendekatkan ponselnya yang ber-NFC ke mesin pembayaran seperti EDC. Sedangkan agar tidak disalahgunakan pengguna harus meletakkan sidik jarinya di pemindai yang ada di ponsel yang terhubung ke mesin pembayaran.

(yud/ash)